Selasa 05 Jul 2022 15:51 WIB

Perbedaan Waktu Idul Adha Beda, Ini Pesan Persis untuk Umat

Persis mengajak umat untuk saling menghargai perbedaan Idul Adha.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Nashih Nashrullah
Wakil Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Persatuan Islam (Persis), Ustadz Jeje Zaenudin, mengajak umat untuk saling menghargai perbedaan Idul Adha
Foto: Dok Istimewa
Wakil Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Persatuan Islam (Persis), Ustadz Jeje Zaenudin, mengajak umat untuk saling menghargai perbedaan Idul Adha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Wakil Ketua Umum Pimpinan Pusat Persatuan Islam (Waketum PP Persis), Ustadz Jeje Zaenudin, menyampaikan pesan semoga umat Islam dijauhkan Allah SWT dari upaya pihak yang memecah belah umat dengan berbagai berita simpang siur pada Dzulhijjah ini. 

“Semoga kaum Muslim Indonesia khususnya, fokus pada berbagai ibadah agung di bulan Dzulhijjah yang telah disyariatkan Islam,” kata dia, merespons perbedaan Idul Adha, sebagaimana keterangannya kepada Republika.co.id, Selasa (5/7/2022).  

Baca Juga

"Yang meyakini Idul Adha hari Sabtu ataupun Ahad, tidak akan ada yang dikriminalkan pemerintah. Semua bebas melaksanakan dan dilindungi," kata Ustadz Jeje. 

Dia mengatakan, terkait keputusan pemerintah menetapkan Idul Adha jatuh pada Ahad (10/7/2022), Persis memandang sebagai sebuah konsistensi atas kesepakatan perjanjian perubahan Standar Tinggi Hilal Kementerian Agama Malaysia, Indonesia, Brunei, dan Singapura (MABIMS). Ini juga sesuai dengan standard yang diusulkan Dewan Hisab dan Rukyat Persis sejak 2012 dan lembaga lembaga astronomi ternama di Indonesia. 

Ustadz Jeje mengatakan, keberanian pemerintah menetapkan hasil musyawarah sidang isbat yang anggotanya merupakan perwakilan 70 lebih lembaga hisab rukyat, walaupun hasil sidang isbat bertentangan dengan tanggal liburan dalam SKB yang secara administratif politis dan telah ditetapkan tiga kementerian, harusnya hasil isbat diapresiasi dan disikapi husnuzhon. 

Menurutnya, hasil isbat ini sebagai upaya mengutamakan kesepakatan syar'i dalam sidang isbat hisab rukyat, walau harus menyalahi apa yang sudah diputuskan secara kebijakan politis. 

"Sehingga hasil sidang isbat murni mengacu kepada standar hisab rukyat baru yang disepakati MABIMS, dan kebetulan sama dengan yang telah diusulkan Dewan Hisab dan Rukyat Persis sejak 2012, serta benar-benar independen dari kemauan ketetapan libur yang berdasar kebijakan politis yang sudah ditandatangani sebelumnya," ujar Ketua MUI Bidang Pengembangan Seni Budaya dan Peradaban Islam ini.

Ustadz Jeje mengatakan, jika perbedaan waktu Idul Adha sekarang menjadi gonjang ganjing yang melebar ke mana-mana, sudah tidak proporsional lagi pada masalah sebenarnya. Seharusnya kaum Muslim fokus terhadap rangkaian ibadah-ibadah mulia di awal bulan Dzulhijjah ini. 

"Biarlah ikhtilaf hari shaum Arafah dan hari Idul Adha berlalu dengan damai sebagaimana sudah biasa berpuluh tahun sejak dulu ada perbedaan, tidak menyebabkan perselisihan dan kebencian di hati umat," kata Ustadz Jeje.     

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement