Selasa 05 Jul 2022 23:16 WIB

Berkumpul di Salihara, Sejumah Tokoh Peringati 40 Hari Buya Syafii Maarif

Maarif Institute menggelar diskusi mengangkat keteladanan Buya Syafii Maarif

Rep: Amri Amrullah / Red: Nashih Nashrullah
Tokoh islam dan Guru Bangsa Buya Ahmad Syafii Maarif.. Maarif Institute menggelar diskusi mengangkat keteladanan Buya Syafii Maarif
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Tokoh islam dan Guru Bangsa Buya Ahmad Syafii Maarif.. Maarif Institute menggelar diskusi mengangkat keteladanan Buya Syafii Maarif

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA –  Kisah perjalanan hidup dan pemikiran cendikiawan Muslim yang juga mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif atau yang lebih dikenal dengan Buya Syafii kembali didiskusikan di Salihara Art Center, Jakarta Selatan, Selasa (5/7/2022).

Acara yang digelar berkat kerjasama Maarif Institute dengan Pergerakan Indonesia untuk Semua (PIS) ini, dalam rangka memperingati 40 hari wafatnya Buya Syafii. Agenda Syafii Maarif Memorial Lecture ini bertajuk “Pancasila dalam Tindakan: Mengenang Buya Syafii Maarif, Guru Kemanusiaan Penjaga Panggung Kebhinekaan”.

Baca Juga

Kegiatan ini didukung Komunitas Salihara dan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP). Dimana tujuan Syafii Maarif Memorial Lecture ini untuk terus menghidupkan dan mengembangkan pikiran sang guru bangsa. Kegiatan diawali dengan pidato kebudayaan disampaikan oleh guru besar UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, dan Anggota Dewan Pengarah BPIP, Prof M Amin Abdullah. 

Dalam pemaparannya, Amin menyatakan Buya dikenal sebagai sosok yang sangat sederhana dan bersahaja. Menurut Amin, Buya merasakan dan menghayati benar penderitaan rakyat. Buya juga meyakini Islam sebagai pedoman etika dan petunjuk hidup dengan sepenuh hati, namun tanpa kehilangan rasa hormat kepada pemeluk agama lain yang berbeda. “Pluralis-inklusif, non-diskriminatif. Cendekiawan- intelektual-ulama berwawasan luas dan terbuka,” jelas Amin. 

Menurut Amin, Buya sangat mencintai Indonesia tanpa reserve. Tapi ketika para penyelenggara negara terjebak dalam kubangan lumpur KKN, dia tidak segan-segan teriak keras melontarkan kritik: “Jangan memuja-memuja Pancasila, tetapi mengkhianatinya dalam praktik kehidupan sehari-hari” dengan berbuat KKN sesuka hati. "Buya gemas dan sedih sekali melihat jurang antara kaya dan miskin di tanah air masih sangat tajam," ujar Amin.

Buya Syafii menyatakan dari 5 sila dalam Pancasila, sila ke-5 yang paling tertinggal di buritan peradaban. Sila ke-5 disebut sebagai “yatim piatu” dan paling terlantar. 

Amin juga menyoroti sikap Buya ketika melihat gelagat Front Pembela Islam (FPI) semakin ganas dan menjadi-jadi karena pemerintah tidak mengambil sikap yang tegas. Buya mengeluarkan pernyataan yang sangat berani bahwa FPI dan sejenisnya adalah ‘Preman Berjubah’. 

“Dengan kritik dan pernyataan-pernyataan seperti itu Buya tidak gentar untuk dikucilkan oleh warga masyarakat Muslim,” kata Amin. 

Selain Amin Abdullah, acara Syafii Maarif Memorial Lecture ini juga menghadirkan perwakilan empat lembaga, yakni Maarif Institute, Pergerakan Indonesia untuk Semua (PIS), Komunitas Salihara, dan BPIP.

Direktur Eksekutif Maarif Institute, Abd Rohim Ghazali, menyatakan tujuan kegiatan ini adalah untuk mengapresiasi pikiran dan sumbangan Buya. Sekaligus ikut menyebarkan lebih luas lagi nilai-nilai yang dipegang Buya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. 

Sementara itu, Ketua PIS, Ade Armando, menyatakan Buya adalah salah satu manusia terbaik yang pernah dimiliki Indonesia. Gagasan dan teladannya sangat penting untuk terus dipelajari, mengingat Indonesia masih sering didera persoalan intoleransi dan ketimpangan sosial. 

Buya Syafii Maarif telah mendahului kita pada Jumat, 27 Mei 2022. Selama hidupnya, Buya dikenal sebagai guru bangsa dengan kepribadian yang humanis dan sejarawan yang kritis. Pemikiran-pemikirannya tentang isu-isu keislaman, keindonesiaan, dan kemanusiaan mengetuk hati dan pikiran anak-anak muda berbagai agama, pemikiran, dan etnis.    

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement