Rabu 06 Jul 2022 00:17 WIB

Ukraina Kewalahan, Barat Diminta Berbuat Lebih Banyak Buka Pelabuhan Odesa

Pendapatan Ukraina terpukul akibat pemblokiran pelabuhan di Laut Hitam.

Red: Teguh Firmansyah
 Sebuah foto selebaran yang dirilis oleh layanan pers Layanan Darurat Negara Ukraina pada 10 Mei 2022 menunjukkan petugas pemadam kebakaran memadamkan api di lokasi serangan rudal di kota pelabuhan Ukraina selatan Odesa, Ukraina, 09 Mei 2022. Menurut Ukraina pihak berwenang, satu orang tewas dan sedikitnya dua lainnya luka-luka akibat penembakan di Odesa pada 09 Mei malam. Sebuah pusat perbelanjaan dan tiga gudang terkena tembakan, layanan darurat menambahkan. Pada tanggal 24 Februari, pasukan Rusia menyerbu wilayah Ukraina memulai konflik yang telah memicu kehancuran dan krisis kemanusiaan.
Foto: EPA-EFE/STATE EMERGENCY SERVICE OF UKRAINE
Sebuah foto selebaran yang dirilis oleh layanan pers Layanan Darurat Negara Ukraina pada 10 Mei 2022 menunjukkan petugas pemadam kebakaran memadamkan api di lokasi serangan rudal di kota pelabuhan Ukraina selatan Odesa, Ukraina, 09 Mei 2022. Menurut Ukraina pihak berwenang, satu orang tewas dan sedikitnya dua lainnya luka-luka akibat penembakan di Odesa pada 09 Mei malam. Sebuah pusat perbelanjaan dan tiga gudang terkena tembakan, layanan darurat menambahkan. Pada tanggal 24 Februari, pasukan Rusia menyerbu wilayah Ukraina memulai konflik yang telah memicu kehancuran dan krisis kemanusiaan.

REPUBLIKA.CO.ID, LUGANO -- Negara-negara Barat diminta berbuat lebih banyak untuk membantu membuka blokir pelabuhan Ukraina di Laut Hitam. Hal itu penting agar Ukraina bisa kembali mengekspor gandum, logam, dan produk pertambangan. Demikian disampaikan wakil kepala kantor Presiden Volodymyr Zelenskiyy, Rostyslav Shurma.

Dia mengatakan masalah logistik yang terkait dengan perang dengan Rusia, terutama di pelabuhan Odesa, memukul ekspor dan menyebabkan arus masuk mata uang ke Ukraina turun menjadi sekitar 2,5 miliar dolar AS (sekitar Rp37,6 triliun) per bulan dari sekitar 7 miliar dolar AS (sekitar Rp105,2 triliun) sebelum perang.

Baca Juga

"Kami sedang berproses dengan PBB mencoba untuk membuka blokir proses ini, tetapi saya pikir kami membutuhkan langkah-langkah yang lebih tegas dari mitra Barat kami untuk membuka blokir Laut Hitam," kata Shurma di sela-sela Ukraine Recovery Conference, Selasa.

Dia mengatakan ekonomi Ukraina telah menyusut 30-40 persen sejak Rusia menyerang negara itu pada 24 Februari 2022, dan penting bagi Ukraina untuk memiliki akses ke pendanaan."Sangat penting untuk mendapatkan 5 miliar dolar AS per bulan karena jika tidak, dalam satu atau dua bulan, akan sangat sulit untuk menjaga keseimbangan seluruh sistem," kata Shurma.

"Biaya uang ke Ukraina akan sangat tinggi dan tidak ada proyek yang akan membayar kembali biaya dana untuk Ukraina," kata dia.

Dia mengatakan Kiev membutuhkan dukungan politik untuk membatasi biaya pendanaan.Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss mengatakan kepada Reuters pada Senin (4/7/2022) bahwa Inggris melakukan apa yang bisa dilakukan untuk memulai kembali ekonomi Ukraina dan mendapatkan ekspor gandum dari Odesa.

Setelah perang berakhir, ekonomi Ukraina dapat menempatkan kembali dirinya sebagai pemasok energi hijau yang penting dengan potensi hingga 50 gigawatt dan pengekspor panganan ke Eropa serta menjadi alternatif pusat produksi bagi China.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement