REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken meminta negara-negara Kelompok 20 (G20) untuk menekan Rusia dan mendukung upaya PBB membuka kembali jalur laut yang diblokir. Blinken mengulangi peringatan kepada China agar tidak mendukung upaya perang Moskow di Ukraina.
Blinken bertolak ke Indonesia pada Rabu (6/7/2022) untuk menghadiri pertemuan para menteri luar negeri G20 di Bali, yang digelar pada Jumat (8/7/2022). Dalam pertemuan G20, Blinken akan bertemu dengan Menteri Luar Negeri China Wang Yi. Namun tidak ada pertemuan yang diharapkan antara Blinken dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov.
Asisten Menteri Luar Negeri untuk Urusan Ekonomi dan Bisnis, Ramin Toloui, mengatakan, Blinken akan meningkatkan keamanan energi dan inisiatif PBB yang mencoba mengembalikan bahan makanan serta pupuk Ukraina dan Rusia ke pasar global. Menurut Toloui, negara-negara G20 harus meminta pertanggungjawaban Rusia dan mendukung upaya PBB mengembalikan distribusi pangan.
"Negara-negara G20 harus meminta pertanggungjawaban Rusia dan bersikeras bahwa itu mendukung upaya PBB membuka kembali jalur laut untuk pengiriman biji-bijian. Entah itu terjadi di tingkat G20, atau di tingkat masing-masing negara G20, itu poin penting yang akan disampaikan Blinken,” kata Toloui.
Ukraina menuduh Rusia memblokir pergerakan kapal-kapalnya. Pekan ini Ukraina sedang mengadakan pembicaraan dengan Turki dan PBB untuk menjamin ekspor biji-bijian. Sementara Rusia membantah menghalangi pergerakan ekspor biji-bijian dari pelabuhan Ukraina. Rusia justru menyalahkan Ukraina terkait kurangnya pergerakan pengiriman biji-bijian, karena operasi penambangan di pelabuhannya.
Diplomat utama AS untuk Asia Timur, Daniel Kritenbrink mengharapkan, ada pertukaran pandangan dalam pembicaraan Blinken dan Wang. Keduanya dijadwalkan bertemu pada Sabtu (9/7) di sela-sela rangkaian pertemuan G20.
"Ini akan menjadi kesempatan untuk menyampaikan harapan kami, serta apa yang kami harapkan dilakukan dan tidak dilakukan oleh Cina dalam konteks Ukraina," kata Kritenbrink.
Sebelum invasi Rusia ke Ukraina, Beijing dan Moskow mengumumkan kemitraan tanpa batas. China telah menolak untuk mengutuk tindakan Rusia atas invasinya ke Ukraina. China justru mengkritik sanksi besar-besaran yang dijatuhkan Barat kepada Rusia.
Para pejabat AS telah memperingatkan konsekuensi, jika China mulai menawarkan dukungan material untuk upaya perang Rusia. Kritenbrink mengatakan, sangat penting untuk mempertahankan jalur komunikasi yang terbuka dengan China.
"Ini untuk memastikan bahwa kami mencegah kesalahan perhitungan yang dapat menyebabkan konflik, dan konfrontasi secara tidak sengaja," ujar Kritenbrink.
Sementara Lavrov dan Blinken belum pernah bertemu sejak sebelum invasi Moskow ke Ukraina. Washington serta sekutunya telah mendukung Kiev dengan pasokan senjata dan peralatan militer. Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Ned Price mengatakan sekarang bukan waktu yang tepat untuk melakukan pertemuan dengan Rusia.
"Kami ingin melihat Rusia serius dalam diplomasi. Kami belum melihat itu," kata Price.