REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ilmuwan terus berupaya mencari cara untuk memasok daya di daerah terpencil. Salah satu yang dicoba adalah menggunakan baterai.
Profesor Seokheun "Sean" Choi telah bekerja di biobatteries, yang menghasilkan listrik melalui interaksi bakteri, selama bertahun-tahun. Dia Choi mengajar di Departemen Teknik Elektro dan Komputer di Thomas J. Watson College of Engineering and Applied Science di Binghamton University. Selama melakukan penelitian, satu masalah yang dia hadapi adalah bahwa baterai hanya memiliki umur simpan yang pendek.
Dalam sebuah karya baru-baru ini yang diterbitkan dalam Journal of Power Sources, Choi dan rekan-rekannya menciptakan biobattery "plug-and-play". Baterai ini dapat ditumpuk untuk meningkatkan tegangan dan arus keluaran dan bertahan selama berminggu-minggu.
Profesor Choi sebelumnya membuat batrerai dari interaksi dua bakteri. Dalam versi terbaru baterai yang dibuatnya, dia menggunakan tiga bakteri dalam ruang vertikal terpisah.
"Makanan organik yang dihasilkan oleh bakteri fotosintetik berfungsi sebagai sumber nutrisi bagi bakteri di bawahnya. Bakteri penghasil listrik terletak di bagian bawah, sedangkan bakteri tengah akan menghasilkan senyawa untuk memudahkan transmisi elektron," ucap dia, dilansir dari Live Science.
Bio Batteries baru berukuran 3 sentimeter kali 3 sentimeter persegi. Ukuran ini sebanding dengan blok Lego karena dapat dirakit dan diatur ulang dalam banyak cara tergantung pada keluaran listrik yang dibutuhkan sensor atau gadget.