REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Jalan-jalan yang ramai di Makkah memberi pedagang Dhikra Faqihi bantuan yang sangat dibutuhkan dengan banyak jamaah yang bergegas untuk membeli tasbih dan sajadah. Para jamaah bisa kembali menjalankan ibadah haji setelah dua tahun pembatasan terkait pandemi.
Tumpukan uang tunai ditukar dengan barang di bawah lampu LED tokonya di jalan Ibrahim al-Khaleel yang ramai. Ribuan jamaah dari seluruh dunia menikmati jalanan di cuaca malam yang lebih dingin.
"Yang paling manis adalah hidup kembali seperti semula,” kata Faqihi. "Kami mendapatkan kembali pasar populer kami dan segalanya jauh lebih baik dari sebelumnya, kami berada dalam krisis," katanya.
Arab Saudi mengizinkan hingga satu juta jamaah asing tahun ini untuk melakukan ibadah haji. Kerajaan selama dua tahun membatasi kunjungan arena wabah virus korona menghentikan perjalanan global.
Haji menjadi sumber pendapatan utama bagi pemerintah Arab Saudi dari penginapan, transportasi, biaya, dan oleh-oleh yang akan dibawa pulang jamaah. Sebelum pandemi memberlakukan jarak sosial secara global, data resmi menunjukkan, kerajaan memperoleh sekitar 12 miliar dolar AS per tahun dari 2,6 juta jamaah yang biasa mengunjungi Makkah dan Madinah untuk haji dan sekitar 19 juta pengunjung untuk umrah.
Sekarang bisnis telah dimulai kembali tetapi biaya menjadi lebih tinggi di tengah tekanan ekonomi global. Jamaah dari Mesir Heba Basher mengatakan, pound Mesir sangat lemah terhadap riyal Arab Saudi yang dipatok dolar, kondisi ini mengirimkan harga tinggi bagi jamaah yang ingin berbelanja.
"Dibandingkan dengan Yordania, harga di sini lebih mahal. Kami melihat perbedaan harga yang besar, tetapi masalahnya ada di mana-mana dan tidak hanya di kerajaan," kata seorang jamaah asal Suriah yang tinggal di Amman Adnan Hassan.
"Tapi Alhamdulillah, kami telah diselamatkan dari pandemi global dan penguncian ... Seseorang hanya senang bahwa haji kembali normal tanpa pembatasan atau masker wajah," katanya.