Rabu 06 Jul 2022 15:50 WIB

Cabai Rawit Merah di Pasar Indramayu Makin Melonjak

Harga cabai rawit merah kini sudah mencapai Rp 110 ribu per kilogram.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Ilham Tirta
Pedagang menata cabe rawit merah yang harganya semakin melambung (ilustrasi).
Foto: Prayogi/Republika.
Pedagang menata cabe rawit merah yang harganya semakin melambung (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Harga cabai rawit merah di pasar tradisional di Kabupaten Indramayu semakin melonjak. Para pedagang masakan kini semakin mengandalkan cabai kering sebagai pengganti cabai segar yang mahal. Berdasarkan pantauan Republika.co.id di Pasar Baru Indramayu, Rabu (6/7/2022), harga cabai rawit merah kini sudah mencapai Rp 110 ribu per kilogram.

Harga itu bertahan sejak lima hari lalu. ''Ya sudah lima hari ini naik lagi. Sebelumnya Rp 100 ribu per kilogram,'' kata salah seorang pedagang sayuran di pasar tersebut, Opik.

Baca Juga

Opik mengatakan, dalam kondisi normal, harga cabai rawit merah hanya di kisaran Rp 50 ribu per kilogram. Kenaikan harga itu terjadi secara bertahap sejak Maret 2022. Selain cabai rawit merah, dalam lima hari terakhir, kenaikan harga juga kembali terjadi pada jenis cabai lainnya. Seperti cabai rawit hijau, dari Rp 70 ribu per kilogram kini menjadi Rp 80 ribu per kilogram.

Untuk cabai merah, harganya naik dari Rp 75 ribu per kilogram kini menjadi Rp 85 ribu per kilogram. Begitu pula cabai hijau, juga mengalami kenaikan dari Rp 30 ribu per kilogram menjadi Rp 40 ribu per kilogram. ''Pokoknya semua cabai naik Rp 10 ribu per kilogramnya,'' kata Opik.

Tak hanya jenis cabai, lanjut Opik, dalam rentang waktu yang sama, kenaikan harga juga kembali terjadi pada bawang merah dan tomat. Saat ini, bawang merah dihargai Rp 70 ribu per kilogram, naik Rp 10 ribu dari sebelumnya. Sedangkan tomat, kini Rp 20 ribu per kilogram, dari harga sebelumnya Rp 14 ribu per kilogram.

Opik mengaku tidak mengetahui penyebab pasti kenaikan kembali harga komoditas tersebut. Sedangkan untuk stok barang, hingga kini masih tersedia di Pasar Induk Jatibarang. "Mungkin penyebabnya karena menjelang lebaran Idul Adha,’’ kata Opik.

Opik menambahkan, sejak harga cabai melonjak, penjualan komoditas tersebut mengalami penurunan. Para konsumennya mengurangi pembelian cabai. "Untuk penjualan cabai segar jadi menurun. Sekarang banyak yang beralih ke cabai kering,’’ kata Opik.

Opik mengakui, penggunaan cabai kering itu hanya dimaksudkan sebagai campuran cabai segar. Dengan demikian, meski penggunaan cabai segarnya berkurang, namun masakan terutama smabal akan tetap terasa pedas karena adanya campuran cabai kering.

Hal itu diakui salah seorang pedagang masakan di Kecamatan Indramayu, Darsinih. Dia mengaku terpaksa mencampur cabai segar dan cabai kering untuk membuat sambal makanan.

"Gak kuat kalau harus pakai cabai segar semuanya, harganya mahal sekali,’’ kata Darsinih.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement