Rabu 06 Jul 2022 16:20 WIB

Rusia Kantongi 24 Miliar Dolar AS Hasil Penjualan Energi ke China dan India

Embargo minyak oleh Uni Eropa menyeimbangkan arus perdagangan Rusia.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Kapal tanker Sun Arrows memuat muatannya berupa gas alam cair dari proyek Sakhalin-2 di pelabuhan Prigorodnoye, Rusia, pada 29 Oktober 2021. Sanksi ekonomi yang dijatuhkan Barat terhadap Rusia karena langkahnya menyerang Ukraina tak sepenuhnya menghambat aktivitas perdagangan Moskow, terutama di bidang energi.
Foto: AP Photo/File
Kapal tanker Sun Arrows memuat muatannya berupa gas alam cair dari proyek Sakhalin-2 di pelabuhan Prigorodnoye, Rusia, pada 29 Oktober 2021. Sanksi ekonomi yang dijatuhkan Barat terhadap Rusia karena langkahnya menyerang Ukraina tak sepenuhnya menghambat aktivitas perdagangan Moskow, terutama di bidang energi.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Sanksi ekonomi yang dijatuhkan Barat terhadap Rusia karena langkahnya menyerang Ukraina tak sepenuhnya menghambat aktivitas perdagangan Moskow, terutama di bidang energi. Dalam tiga bulan setelah menggempur Ukraina, Rusia berhasil mengantongi 24 miliar dolar AS hasil penjualan energi ke Cina dan India.

Menurut data bea cukai terbaru Rusia, China telah melakukan pembelian gas, minyak, dan batu bara senilai 18,9 miliar dolar AS hingga akhir Mei lalu. Jumlah itu meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara nilai pembelian komoditas energi Rusia oleh India hingga periode yang sama mencapai 5,1 miliar dolar AS. Angkanya lebih dari lima kali lipat dibandingkan tahun lalu.

Baca Juga

Peningkatan pembelian oleh Beijing dan New Delhi membantu Rusia menambal defisit ekspor energi ke Amerika Serikat (AS) serta beberapa negara lain. “China pada dasarnya telah membeli segala sesuatu yang dapat diekspor Rusia lewat jaringan pipa dan pelabuhan Pasifik. Sementara India telah menjadi utama kargo dari Atlantik yang tidak diinginkan lagi oleh Eropa,” Lauri Myllyvirta, seorang analis di Center for Research on Energy and Clean Air, dilaporkan Bloomberg, Rabu (6/7/2022).

Menurut data pelacakan kapal Bloomberg, selain lonjakan besar dalam minyak dan batu bara, India juga mengimpor tiga kargo gas alam cair Rusia sejak perang di Ukraina berkecamuk. Pada periode yang sama tahun lalu, New Delhi hanya mengirim satu kargo gas alam cair.

Analis dari Rystad Energy, Wei Cheong Ho, mengatakan, secara historis India adalah pembeli kecil minyak Rusia. “Tapi perang di Ukraina dan embargo minyak asal Rusia oleh Uni Eropa telah menyebabkan penyeimbangan kembali arus perdagangan minyak,” ucapnya dalam sebuah catatan penelitian bulan lalu.

Rusia telah lama menjalin hubungan perdagangan dan strategis dengan China serta India. Selain menawarkan diskon harga yang tinggi, Moskow turut menerima pembayaran dalam mata uang lokal. Hal itu guna membantu menjaga arus perdagangan ke negara-negara tersebut tetap kuat tahun ini.

Sejak perang di Ukraina pecah, Uni Eropa dan AS telah memberlakukan beberapa paket sanksi terhadap Rusia. Mereka membidik berbagai sektor, terutama energi. Pada 31 Mei lalu, Uni Eropa telah menyetujui embargo parsial terhadap komoditas minyak Rusia. Hungaria, Slovakia, serta Republik Ceko diberi pengecualian dan tetap diperkenankan memperoleh pasokan minyak Rusia yang dikirim lewat pipa Druzhba. Keputusan embargo bertujuan menghentikan 90 persen impor minyak mentah Rusia ke 27 negara anggota Uni Eropa. Hal itu akan berlaku penuh akhir tahun ini.

Embargo yang dilakukan perhimpunan Benua Biru akan menjadi sanksi paling keras terhadap Moskow sebagai konsekuensinya menyerang Ukraina. Namun di sisi lain, sanksi tersebut bakal turut mempengaruhi Uni Eropa. Pada 2020, Rusia merupakan pemasok seperempat impor minyak Uni Eropa. Eropa adalah tujuan hampir separuh dari ekspor minyak mentah dan produk minyak Rusia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement