Rabu 06 Jul 2022 17:06 WIB

Sri Mulyani: Harga Rumah Terus Naik, Masyarakat Jadi Sulit Beli

Jauh sebelum pandemi sektor properti sudah punya masalah sendiri.

Rep: Novita Intan/ Red: Teguh Firmansyah
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani.
Foto: Republika/Nawir Arsyad Akbar
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani.

REPUBLIKA.CO.ID, REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah mengatakan, harga rumah saat ini terus mengalami peningkatan. Hal ini memicu masyarakat sulit membeli kebutuhan hunian.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan harga tanah sebagai bahan pokok juga meningkat terutama di perkotaan. Ditambah bahan baku bangunan melonjak di tengah peningkatan inflasi seluruh negara.

Baca Juga

"Harga rumah ini cenderung naik dan membuat masyarakat akan sulit beli rumah. Ini jadi salah satu implikasi dari situasi dunia dan pengaruhnya ke perumahan," ujarnya saat acara pembukaan Securitization Summit 2022, Rabu (6/7/2022).

Sebelum terjadi pandemi, lanjut Sri Mulyani, sektor perumahan memang menjanjikan dengan kontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) sebesar 13 persen. Meski begitu, harga rumah masih terlalu tinggi terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), sehingga jauh sebelum pandemi sektor ini sudah memiliki masalahnya tersendiri.

"Kita buat skema kredit rumah rakyat bersubsidi, tapi dari sisi suplai dan demainnya ini yang memang bermasalah sejak awal," ucapnya.

Suplai yang dimaksud yakni produksi dan bangunan rumah. Sementara demain masyarakat yang membutuhkan rumah. Sri Mulyani menyebut pasar baru akan tercipta jika keduanya bertemu pada titik yang sama.

Namun tingginya kebutuhan rumah tidak diimbangi dengan kemampuan daya beli dan permodalan bagi para produsen perumahan. Apalagi generasi muda saat ini banyak yang membutuhkan rumah namun tidak memiliki kemampuan untuk membeli karena harganya yang lebih tinggi dari kemampuan.

"Jadi mereka cukup tinggal mertua atau sewa. Kalau mertuanya punya rumah juga, kalau tidak punya rumah, masalah lagi. Jadi ini menggulung generasi," ucapnya.

Sri Mulyani juga menyadari pandemi Covid-19 membuat semua sektor terpuruk, tak terkecuali sektor perumahan. Tanpa disadari, sektor ini mengalami dampak yang besar.

Tercermin dari penurunan pertumbuhan kinerja yang selama dua tahun berturut-turut. Pada 2019, pertumbuhan sektor perumahan masih 11,84 persen. Kemudian pada 2020 menurun jadi hanya 4,34 persen. Kemudian pada 2021 sedikit mengalami perbaikan dengan pertumbuhan 5,74 persen. "Tak terkecuali sektor perumahan yang kredit grossnya berkurang," ucapnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement