Kamis 07 Jul 2022 08:53 WIB

Longsor dan Banjir Masih Dominasi Bencana di Sukabumi

Kecamatan Cikole mengalami bencana terbanyak di Sukabumi

Rep: Riga Nurul Iman/ Red: Nur Aini
Suasana banjir lintasan ke jalan di Kelurahan Babakan, Kecamatan Cibeureum Kota Sukabumi, Jumat (29/10)
Foto: istimewa
Suasana banjir lintasan ke jalan di Kelurahan Babakan, Kecamatan Cibeureum Kota Sukabumi, Jumat (29/10)

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Peristiwa longsor dan banjir masih mendominasi bencana di Kota Sukabumi dalam kurun waktu Januari hingga Juni 2022. Hal itu berdasarkan data dari Sistem informasi Elektronik Data Bencana (SiEdan) yang dihimpun Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Sukabumi.

''Dalam kurun waktu enam bulan dari Januari hingga Juni 2022, secara aggregate tercatat 86 kali kejadian, yang tersebar di tujuh kecamatan,'' ujar Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kota Sukabumi, Zulkarnain Barhami, Kamis (7/7/2022). Akibatnya, ditaksir nilai kerugian mencapai Rp 6.768.545.000.

Baca Juga

Dengan luas area 44,719 hekrare dan 63 kepala keluarga terdampak, diantaranya enam orang mengungsi, korban meninggal satu orang dan luka ringan dua orang. Selain itu menyebabman kerusakan pada 626 unit bangunan rusak, 44 unit rusak berat, 155 unit rusak sedang dan 427 unit rusak ringan.

Menurut Zulkarnain, berdasarkan jenis kejadian, frekuensi, taksiran nilai kerugian dan area berdampak (M2) terlihat banjir dan longsor masih mendominasi. Misalnya banjir 22 kali, dengan taksiran kerugian mencapai Rp 4.966.220.000 dan prakiraan luas area terdampak 40.650 M2.

Berikutnya tanah longsor 28 kali, dengan taksiran kerugian mencapai Rp 981.875.000 dan prakiraan luas area terdampak 2.750 M2. Selain itu cuaca ekstrem 20 kali, dengan taksiran kerugian mencapai Rp 367.450.000 dan prakiraan luas area terdampak 601 M2.

Selanjutnya kebakaran 11 kali kejadian dengan taksiran kerugian mencapai Rp 430.000.000 dan prakiraan luas area terdampak 488 M2. Terakhir angin kencang 2 kali, dengan taksiran kerugian mencapai Rp 16.000.000 dan prakiraan luas area terdampak 190 M2 dan gempa 3 kali, dengan sebaran di tujuh Kecamatan.

''Tanah longsor dan banjir paling mendominasi masing-masing 28 kali dan 22 kali dan terendah angin puting beliung dua kali,'' ungkap Zulkarnain. Sementara Februari merupakan frekuensi tertinggi yang dilaporkan masyarakat tercatat 35 kasus dan terendah April empat kasus.

Zulkarnain menuturkan, aggregate nilai kerugian terbesar berasal dari jenis Banjir Rp 4.966.220.000 dengan prakiraan luas area terdampak 40.650 hektare. Disusul dengan taksiran kerugian Tanah longsor Rp 981.875.000 dan prakiraan luas area terdampak 2.750 hektare.

Sementara wilayah tertinggi ada di Kecamatan Cikole 20 kali bencana dan yang tertinggi berasal dari Kelurahan Subangjaya. Sedangkan yang terendah di Kecamatan Cibeureum dan Citamiang yang tertinggi berasal dari Kelurahan Babakan dan Kelurahan Citamiang.

Sebaran kejadian berdasarkan wilayah, Kecamatan Cikole menempati peringkat tertinggi (20 kali), disusul Kecamatan Gunung Puyuh (16 kali) dan Kecamatan Warudoyong (15 kali) serta disusul Kecamatan Lembursitu (14 kali) dan Kecamatan Baros (12 kali).

BPBD Kota Sukabumi kata Zulkarnain, sebagai pengampu bencana telah melakukan penanggulangan bencana mulai dari prabencana, saat dan pasca bencana. Bentuk upaya-upaya yang dilakukan yakni menetapkan status siaga banjir dan longsor dari 15 November 2021 dan berakhir pada 30 April 2022.

Upaya lainnya menetapkan status darurat banjir dan tanah longsor pada 18 Februari 2022 pasca banjir jembatan merah Kelurahan Jayaraksa Kecamatan Baros dan sekitarnya. Penetapan status dibarengi dengan pembentukan Pos Komando Penanganan Darurat Banjir Longsor.

BPBD menggencarkan Komunikasi, Informasi dan Edukasi Bencana kepada masyarakat dari elemen aparat/petugas, mahasiswa, KSR, siswa, serta partai politik dalam bentuk sosialisasi dan penyuluhan, pelatihan dengan tercapai sasaran kurang lebih 500 orang.

''Kami juga menggelar Hari Kesiapsiagaan Bencana pada 26 April dimeriahkan video pendek simulasi mandiri bencana dan video safety briefing yang diikuti oleh SKPD, kecamatan, puskemas di lingkungan Pemkot Sukabumi dan diikuti perguruan tinggi serta BUMD,'' ungkap Zulkarnain.

Upaya lainnya menfasilitasi Sosis GulBencal dan edukasi siap menghadapi bencana baik di komunitas maupun fasilitasi dengan berbagai pihak seperti KIE bencana di rumah sakit, dan perguruan tinggi. Dibentuk juga Forum Pengurangan Risiko Bencana yang menggelar aksi Sukabumi bersih seperti penanaman pohon dan pemasangan rambu-rambu bahaya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement