Kamis 07 Jul 2022 11:14 WIB

Boris Johnson Tolak Tuntutan Mundur

PM Inggris, Boris Johnson menolak mundur dari jabatannya

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson berbicara pada awal pertemuan Kabinet di Downing Street, London. Ia menolak untuk mundur dari jabatannya
Foto: AP/Carl Court/Getty Images Europe Pool
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson berbicara pada awal pertemuan Kabinet di Downing Street, London. Ia menolak untuk mundur dari jabatannya

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menepis seruan untuk mengundurkan diri. Padahal tiga menteri kabinet dan sejumlah pejabat junior menyatakan tidak bisa bekerja di bawah kepemimpinannya.

Johnson menolak tuntutan agar mundur selama sesi penuh di House of Commons pada Rabu (6/7/2022). "Terus terang … tugas perdana menteri dalam keadaan sulit, ketika dia diberi mandat kolosal, adalah untuk terus berjalan. Dan itulah yang akan saya lakukan," ujar Johnson dengan gertakan yang digunakan untuk menangkis kritik selama hampir tiga tahun menjabat.

Pernyataan ini melawan argumen anggota oposisi Partai Buruh menghujani Johnson dengan teriakan “Pergi! Pergi!" selama pertemuan  mingguan Prime Minister’s Questions di House of Commons.

Pemimpin Partai Buruh Keir Starmer dengan mengejek mengatakan, tentang pengunduran diri di sekitar Johnson. "Bukankah ini kasus pertama yang tercatat dari kapal tenggelam yang melarikan diri dari tikus?" ujarnya membalikan idiom yang ada.

Bahkan anggota Partai Konservatif Johnson sendiri juga menantang pemimpin Johnson. Dia kembali berhadapan dengan skandal yang saat ini menyoroti penanganannya atas tuduhan pelanggaran seksual terhadap seorang pejabat senior.

Kemudian pada hari yang sama, delegasi dari beberapa sekutunya yang paling terpercaya di Kabinet mengunjungi perdana menteri di 10 Downing Street untuk mendesaknya pergi. Hanya saja, //Press Association// melaporkan, dia tetap tidak tergerak.

Laporan media Inggris itu menyatakan, perdana menteri menolak saran dalam  mencari jalan keluar yang bermartabat dan memilih untuk memperjuangkan karir politiknya. Dia beralasan masalah yang sangat penting sedang dihadapi Inggris. Mengutip sumber yang dekat dengan Johnson, dia memberi tahu rekan-rekannya akan ada kekacauan jika berhenti.

Pemimpin berusia 58 tahun yang menarik Inggris keluar dari Uni Eropa dan mengarahkannya melalui wabah Covid-19. Dia dikenal karena kemampuannya untuk keluar dari titik sulit.

Johnson pun berhasil tetap berkuasa meskipun ada tuduhan bahwa terlalu dekat dengan donor partai dan melindungi pendukung dari tuduhan intimidasi dan korupsi. Dia pun menyesatkan Parlemen tentang pelanggaran aturan penguncian pandemi.

Sosok Johnson bisa bertahan bahkan ketika 41 persen anggota parlemen Konservatif memilih untuk menggulingkannya dalam mosi tidak percaya bulan lalu. Namun, pengungkapan baru-baru ini bahwa Johnson tahu tentang tuduhan pelanggaran seksual terhadap seorang anggota parlemen sebelum dia mempromosikan pria itu ke posisi senior mendorongnya ke jurang.

Dalam mempertahankan jabatan, Johnson berusaha menentang perhitungan pemerintahan parlementer dan tradisi politik Inggris. Jarang bagi seorang perdana menteri untuk mempertahankan kekuasaan dalam menghadapi banyak tekanan dari rekan-rekan Kabinetnya.

"Dia sekarang menodai demokrasi kita, dan jika dia tidak melakukan hal yang benar dan pergi atas kemauannya sendiri, maka dia akan diseret keluar," kata pemimpin Partai Nasional Skotlandia Ian Blackford kepada BBC.

Banyak rekan Konservatif Johnson khawatir bahwa dia tidak lagi memiliki otoritas moral untuk memerintah. Padahal saat ini keputusan sulit diperlukan untuk mengatasi melonjaknya harga pangan dan energi, meningkatnya infeksi Covid-19, dan perang di Ukraina.

Dalam aturan partai, mosi tidak percaya lainnya tidak dapat diadakan selama 11 bulan lagi, tetapi anggota partai dapat mengubah aturan. Komite 1922, sekelompok kecil anggota parlemen Konservatif yang berpengaruh, dapat memutuskan apakah akan melakukan itu lagi paling cepat Senin (11/7/2022).

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement