Kamis 07 Jul 2022 13:26 WIB

Ketahui Penyebab dan Risiko dari Kondisi Sleepwalking

'Sleepwalking' bisa dialami anak-anak dan orang dewasa.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
'Sleepwalking' bisa dialami anak-anak dan orang dewasa.
Foto: www.freepik.com.
'Sleepwalking' bisa dialami anak-anak dan orang dewasa.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sleepwalking adalah gangguan tidur yang menyebabkan seseorang untuk berdiri dan berjalan saat tidur. Gangguan tidur seperti sleepwalking disebabkan oleh non-rapid eye movement (NREM) selama tidur nyenyak yang biasanya terjadi 3-4 jam setelah seseorang tertidur.

Kondisi ini biasanya terlihat pada anak-anak dan beberapa orang dewasa. Meskipun kejadiannya sangat langka, sleepwalking juga bisa diturunkan secara genetik. Dilansir dari Times Now News, Kamis (7/7/2022) berikut beberapa penyebab sleepwalking.

Baca Juga

 

1. Demam

Demam tinggi dapat menyebabkan gangguan tidur, yang pada akhirnya dapat menyebabkan seseorang mengalami gangguan sleepwalking. Gangguan tidur lainnya seperti mimpi buruk juga bisa menjadi penyebab sleepwalking di mana dalam mimpi mungkin mencoba melarikan diri dari sesuatu dan mungkin berakhir dengan tidur sambil berjalan.

 

2. Stres

Ini adalah faktor lain yang menyebabkan sleepwalking. Ketika pikiran sangat stres, seseorang cenderung tidak bisa tidur dengan nyenyak di malam hari dan itu mungkin menyebabkan sleepwalking.

 

3. Gangguan pernapasan

Ketika seseorang menderita sleep apnea, ia juga bisa memiliki risiko tinggi berjalan dalam tidur. 

 

4. Faktor lain yang dapat menyebabkan sleepwalking adalah migrain atau obat-obatan tertentu dan kelelahan.

Sementara itu, salah satu risiko terbesar dari sleepwalking adalah orang tersebut mungkin melukai diri sendiri. Karena mereka sedang tidur, mereka tidak tahu ke mana mereka berjalan dan karenanya mungkin tersandung sesuatu dan melukai diri sendiri. Tingkat cedera mungkin juga berbeda untuk setiap individu.

Masalah lain dengan sleepwalking adalah mengganggu siklus tidur. Saat berjalan dalam tidur, penderita mungkin tidak mendapatkan jumlah tidur yang dibutuhkan yang pada akhirnya membuat tubuh merasa lelah dan mengantuk sepanjang waktu.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement