REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Produsen obat mata PT Rohto Labolatories Indonesia akan mengembangkan dan melakukan ekspansi produk obat tetes mata, Lensa Tanam Katarak dan Glukoma Implan. Dengan adanya ekspansi dan perluasan pabrik ini, diharapkan kapasitas produksi untuk kedua produk itu meningkat menjadi 500 ribu pcs per tahun.
"Jadi kami merupakan produsen satu-satunya di Indonesia yang memproduski Lensa Tanam Katarak dan Glukoma Implan di Indonesia," ujar Presiden Director PT Rohto Labolatories Indonesia Mukdaya Massidy dalam siaran persnya, Kamis (7/7).
Menurutnya, Lensa Tanam Katarak dan Glukama Implan yang diproduksinya sudah memiliki standar ISO dan sudah mendapatkan sertifikasi halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Lensa Tanam Katarak sendiri merupakan lensa buatan untuk menggantikan lensa bagi penderita katarak.
"Jadi, saat terkena katarak, maka lensa mata akan dibuang dan lensa ini akan ditanam dimata, dan ini dinamakan Intra Ocular Lens," kata Mukdaya.
Katarak, kata dia, sebetulnya bisa disembuhkan dengan jalan melakukan operasi. Akan tetapi dengan menggunakan Lensa Tanam Katarak bisa menjadi lebih simple dan praktis.
PT Rotho Laboratories Indonesia juga berkerja sama dengan Universitas Indonesia (UI) untuk memproduksi Glukoma Implan yang digunakan untuk operasi. Namun, kata dia, perbedaannya dengan Lensa Tanam Katarak masih bisa disembuhkan, sedangkan Glukoma tidak bisa disembuhkan.
Sebab, jika menderita penyakit mata ini maka tekanan bola mata akan merusak syaraf mata. "Jadi sebelum syarafnya rusak harus di operasi dengan dilakukan penanaman Implan Glukoma," katanya.
Produk ini, kata dia, berhasil diciptakan dengan nama Virna Glukoma Implan By Rohto yang dapat menekan biaya. Sebab, selama ini Glukoma Implan masih didatangkan dari luar negeri.
"Kalau produk impor Glukoma Implan itu harganya 500 dolar tapi dengan diproduksi sendiri dapat menekan biaya sekitar 200 dolar atau 55 sampai 60 persen lebih murah," katanya.
"Keberhasilan ini diharapkan bisa membantu jumlah buta akibat katarak karena terjadi glukoma di Indonesia," imbuhnya.
Perusahaannya, kata dia, melakukan pengembangan perluasan pabrik untuk meningkatkan produktivitas produk obat tetes mata atau eye drop. Jika perluasan tersebut rampung, maka kapasitas produksi akan meningkat menjadi 20 juta botol lebih per tahun.
Produksi obat tetes mata PT Rohto Laboratories Indonesia akan menggunakan teknologi Rectruction Accses Barier System (RABS) yang meminimalisir sentuhan tangan manusia. "Di sini interversi manusia akan sangat minimum karena menggunakan glove," katanya.
Penggunaan teknologi ini, kata dia, sangat penting. Sebab, obat tetes mata dalam produksinya harus steril. Selain itu, teknologi ini di Indonesia baru sedikit digunakan.
"Dalam melakukan perluasan PT Rohto Laboratories Indonesia mengeluarkan anggaran Rp 120 miliar dengan target penyelesaian akan selesai di semester kedua tahun 2023," katanya.