Fenomena Embun Beku Jadi Daya Tarik Kunjungan ke Dieng
Rep: Bowo Pribadi/ Red: Muhammad Fakhruddin
Embun beku atau lebih dikenal dengan embun upas Dieng (ilustrasi) | Foto: republika
REPUBLIKA.CO.ID,BANJARNEGARA -- Fenomena embun beku di dataran tinggi Dieng menjadi magnet bagi wisatawan untuk datang dan melihat langsung fenomena alam dan merasakan sensasi suhu minus derajat Celsius di kawasan ini.
Dalam sepekan terakhir --sejak suhu -1° Celcius dan fenomena embun beku terjadi pada Kamis (30/6) dini hari-- membuat animo kunjungan wisatawan di kawasan dataran tinggi Dieng pun ikut melonjak.
Setidaknya ini diakui oleh Budi Moza, salah seorang warga Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara kepada Republika, Kamis (7/7).
Melalui sambungan telepon, Budi mengungkapkan, sejak kabar embun beku yang terlihat di kawasan dataran tinggi Dieng ramai diunggah di media sosial dan diwartakan di berbagai media massa pekan kemarin, jumlah kunjungan wisatawan --akhir- akhir ini-- ikut terdongkrak.
“Seperti Rabu (6/7) kemarin, hotel- hotel juga penuh, beberapa homestay yang berada di sekitar kawasan Candi Arjuna juga terisi, meski bukan akhir pekan,” jelasnya.
Ia juga mengungkapkan, banyaknya kunjungan wisatawan ini memang tidak lepas dari masa liburan sekolah yang belum usai, namun sebagian wisatawan juga banyak yang penasaran dengan suhu dingin dan sensasi melihat fenomena embun beku.
Hanya saja, fenomena embun beku dan suhu hingga minus derajat di kawasan dataran tinggi Dieng memang tidak dapat dipastikan. Tetapi dapat dipastikan jamak terjadi pada rentang bulan Mei hingga Agustus.
Untuk tahun ini, memang telah terlihat pada akhir bulan Juni 2022 kemarin, saat suhu udara pagi di kawasan Dieng mencapai -1° Celcius. Namun sehari setelah penampakan embun beku di kawasan Dieng kembali diguyur hujan.
“Biasanya, kalau kawasan Dieng diguyur hujan, embun beku tidak akan terlihat karena suhu udara di kawasan Dieng relatif lebih hangat,” jelasnya.
Namun, lanjut Budi --bagi warga Dieng-- tanda- tanda potensi terjadinya embun beku memang bisa dirasakan, seperti cuaca di kawasan Dieng pada siang hingga sore hari sangat cerah dan tidak berawan.
Kemudian saat sore menjelang malam hari tidak ada angin sama sekali atau udara di dataran tinggi Dieng cukup tenang dan ditandai dengan suhu udara semakin malam kian bertambah dingin.
Puncaknya pada dini hari, ketika suhu udara bisa mencapai minus derajat Celcius. “Kalau sudah terlihat tanda- tanda ini, biasanya para pengelola hotel atau homestay akan menginformasikan kepada biro perjalanan wisata untuk memberitahukan potensi embun beku,” tambahnya.
Pada akhir Juni kemarin, masih lanjut Budi, fenomena embun beku memang terlihat menjelang subuh dan kemudian mencair setelah fajar dan matahari telah meninggi, sekitar pukul 06.00 pagi.
Namun ada kalanya embun beku juga masih akan dapat disaksikan hingga pukul 08.00, karena suhu udara yang tetap dingin walaupun sudah ada sinar matahari.
“Biasanya embun beku yang belum mencair tersebut masih akan dapat disaksikan pada pipa- jaringan pipa air yan ada di sekitar kawasan perladangan warga,” tandasnya.