REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Hubungan antara polusi udara dan penyakit autoimun menjadi sedikit lebih jelas berkat penelitian besar-besaran yang mendalami catatan kesehatan lebih dari 6 juta orang Kanada. Penelitian ini dipimpin oleh peneliti kesehatan masyarakat Naizhuo Zhao dari Universitas McGill, Kanada.
Dilansir dari sciencealert pada Kamis (7/7/2022), penelitian ini menemukan bahwa paparan jangka panjang terhadap polutan udara dikaitkan dengan sedikit peningkatan risiko terkena lupus, sindrom sjogren, skleroderma dan penyakit autoimun sistemik lainnya yang kurang umum.
Kondisi ini, masing-masing mempengaruhi sekitar 1 dari 10.000 orang, sering dibayangi oleh penyakit autoimun seperti rheumatoid arthritis, diabetes tipe 1 dan multiple sclerosis (MS) yang lebih umum.
Penelitian menunjukkan bahwa penyakit autoimun sedang meningkat di seluruh dunia. Sekitar 80 kondisi autoimun bersama-sama mempengaruhi jutaan orang di seluruh dunia, dan menimbulkan korban yang mengerikan.
"Dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak perhatian diberikan pada peran faktor lingkungan untuk membantu menjelaskan perkembangan penyakit ini," kata Naizhuo.
Ia menjelaskan pada tahun 2019 dalam tinjauan tentang peran yang muncul dari polusi udara pada penyakit autoimun.
Pada penyakit autoimun, sistem kekebalan tubuh menjadi serba salah dan tergantung pada penyakitnya. Sel-sel kekebalan dapat secara keliru menyerang sel-sel di seluruh tubuh seperti di kulit, usus, organ, sel saraf, sendi atau jaringan ikat.
Bagaimana polusi udara mengganggu sistem tubuh (selain mengiritasi paru-paru) atau bekerja pada faktor genetik yang mendasarinya tidak sepenuhnya jelas.
Namun, diperkirakan bahwa menghirup polutan udara dari waktu ke waktu memicu peradangan sistemik di seluruh tubuh. Hal ini dapat menyebabkan atau memperburuk sejumlah penyakit autoimun.
Misalnya, penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa paparan polusi udara memicu kambuhnya rheumatoid arthritis dan dapat menyebabkan multiple sclerosis.