Jumat 08 Jul 2022 04:57 WIB

Rusia Rayakan Kejatuhan Boris Johnson

Rusia sebut Johnson sebagai badut bodoh yang dapat ganjaran karena dukung Ukraina.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Friska Yolandha
 Perdana Menteri Boris Johnson tiba untuk membacakan pernyataan di luar 10 Downing Street, London, secara resmi mengundurkan diri sebagai pemimpin Partai Konservatif, di London, Kamis, 7 Juli 2022. Johnson mengatakan pada Kamis bahwa dia akan tetap sebagai perdana menteri Inggris sementara kontes kepemimpinan diadakan untuk memilih penggantinya.
Foto: AP/Frank Augstein
Perdana Menteri Boris Johnson tiba untuk membacakan pernyataan di luar 10 Downing Street, London, secara resmi mengundurkan diri sebagai pemimpin Partai Konservatif, di London, Kamis, 7 Juli 2022. Johnson mengatakan pada Kamis bahwa dia akan tetap sebagai perdana menteri Inggris sementara kontes kepemimpinan diadakan untuk memilih penggantinya.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Politisi Rusia merayakan kejatuhan Boris Johnson pada Kamis (7/7/2022). Mereka menyebut mantan pemimpin Inggris itu sebagai "badut bodoh" yang akhirnya mendapatkan ganjaran karena mempersenjatai Ukraina melawan Rusia.

Johnson, wajah kampanye Brexit 2016 yang memenangkan kemenangan elektoral gemilang pada 2019 sebelum memimpin Inggris keluar dari Uni Eropa, mengumumkan berhenti setelah dia ditinggalkan oleh para menteri dan sebagian besar anggota parlemen Konservatifnya karena serangkaian skandal. Kremlin juga mengatakan tidak menyukai Johnson.

Baca Juga

"Dia tidak menyukai kita, kita juga tidak menyukainya," kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov sesaat sebelum Johnson berdiri di Downing Street untuk mengumumkan pengunduran dirinya, Kamis.

Dalam pidatonya, Johnson mengumumkan bahwa dia mengundurkan diri sebagai pemimpin Partai Konservatif, tetapi berencana untuk tetap sebagai perdana menteri sampai penggantinya dipilih. Johnson berbicara kepada rakyat Ukraina, berjanji bahwa Inggris akan terus mendukung perjuangan mereka.

Taipan Rusia Oleg Deripaska mengatakan kemunduran itu adalah akhir yang memalukan untuk "badut bodoh" yang hati nuraninya akan dirusak oleh puluhan ribu nyawa dalam konflik tidak masuk akal di Ukraina. "Badut itu pergi. Dia adalah salah satu ideolog utama perang melawan Rusia hingga Ukraina terakhir. Para pemimpin Eropa harus memikirkan ke mana arah kebijakan seperti itu,” ujar kata ketua majelis rendah parlemen Rusia, Vyacheslav Volodin.

Bahkan sebelum Presiden Vladimir Putin memerintahkan invasi pada 24 Februari, Johnson telah berulang kali mengkritik Putin, dengan menyebutnya sebagai kepala Kremlin yang kejam dan mungkin tidak rasional yang membahayakan dunia dengan ambisi gilanya. Setelah invasi, Johnson menjadikan Inggris sebagai salah satu pendukung Ukraina terbesar di Barat, mengirimkan senjata, menjatuhkan beberapa sanksi paling berat dalam sejarah modern terhadap Rusia, dan mendesak Ukraina untuk mengalahkan angkatan bersenjata Rusia yang besar. Dia telah dua kali melakukan perjalanan ke Kyiv untuk bertemu dengan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy.

Juru bicara utama di kementerian luar negeri Rusia, Maria Zakharova mengatakan kejatuhan Johnson adalah gejala kemunduran Barat, yang katanya terbelah oleh krisis politik, ideologis, dan ekonomi. "Moral dari cerita ini adalah jangan berusaha untuk menghancurkan Rusia. Rusia tidak dapat dihancurkan. Anda dapat mematahkan gigi Anda,” kata Zakharova.

Dukungan Johnson terhadap Ukraina begitu kuat sehingga dia dikenal sebagai "Borys Johnsoniuk" oleh beberapa orang di Kyiv. Dia terkadang mengakhiri pidatonya dengan ucapan “Slava Ukraini”, atau "kemuliaan bagi Ukraina.”

Johnson bahkan berbicara bahasa Rusia yang kaku pada Februari, dengan mengatakan kepada orang-orang Rusia bahwa dia tidak percaya perang yang tidak perlu dan berdarah. Rusia berulang kali menganggapnya sebagai badut yang tidak siap dengan beban Inggris.

Zakharova dengan gembira menggambarkan Johnson sebagai penulis kejatuhannya sendiri. "Boris Johnson terkena bumerang yang diluncurkan oleh dirinya sendiri. Rekan-rekan seperjuangannya meninggalkannya,” ujar Zakharova.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement