Penjual Hewan Qurban Tiban: Jelang Idul Adha Penjualan Masih Melambat
Rep: Bowo Pribadi/ Red: Muhammad Fakhruddin
Penjual Hewan Qurban Tiban: Jelang Idul Adha Penjualan Masih Melambat (ilustrasi). | Foto: Wihdan Hidayat / Republika
REPUBLIKA.CO.ID,UNGARAN -- Beberapa hari menjelang hari raya Idul Adha 1443 Hijriyah, menjadi hari yang sibuk bagi Kayat (61) serta Wawan (37). Mereka harus segera menyiapkan hewan- hewan kurban (kambing) untuk diantar ke alamat pembeli.
Sudah hampir tiga pekan ini, warga Kabupaten Wonogiri tersebut memang mencari peruntungan dengan menjual tak kurang 90 ekor kambing untuk hewan kurban, di salah satu ruas jalan yang ramai di ibu kota Kabupaten Semarang ini.
Saat hari raya Idul Adha kian dekat, keduanya pun harus segera mengirimkan hewan- hewan kurban yang sudah dibeli, dengan menggunakan mobil pikap yang sudah dipersiapkan di lokasi penjualan hewan kurban tersebut.
Sebab --umumnya para konsumennya (pembeli)-- tidak langsung membawa hewan- hewan kurban tersebut, namun dititipkan hingga menjelang hari ‘H’ Idul Adha atau saat pemotongan hewan kurban.
“Sesuai dengan alamat, hewan- hewan kurban ini tidak hanya diantar di sekitar wilayah kota Ungaran saja, namun juga ada pembeli yang beralamat di Kota Semarang,” ungkap Kayat, Jumat (8/7/2022).
Guna memudahkan, lanjutnya, kambing- kambing (hewan kurban) yang sudah terbeli diberikan tanda khusus dan tercatat dengan urut nama- nama pembeli sekaligus alamat tujuan pengirimannya.
Hal ini untuk menghindari agar hewan- hewan yang sudah terjual tersebut tidak tertukar. Kambing- kambing yang sudah terjual sudah diberinya tanda khusus berupa tulisan warna merah.
Kayat juga menyampaikan, untuk pembelian hewan kurban dari masyarakat --pada Idul Adha kali ini-- diakuinya berkurang. Dari 90 ekor kambing yang dibawanya untuk dijual di Ungaran baru terjual sekitar 30 ekor dengan harga kisaran Rp 2,6 juta hingga Rp 6 juta per ekor.
Biasanya, hingga sehari menjelang Idul Adha, hanya tinggal menyisakan belasan ekor kambing saja. “Mungkin saat ini situasinya juga dipengaruhi oleh penyebaran penyakit mulut dan kuku (PMK),” tambahnya.
Kendati begitu, keduanya tetap bersyukur, masih ada hewan kurban yang laku terjual, walaupun terbilang ‘lambat’. “Karena itu, kami berharap hingga Jumat malam nanti masih ada masyarakat yang membutuhkan hewan kurban,” tegasnya.
Sementara Wawan menambahkan, puluhan ekor kambing yang dibawanya dari Wonogiri ke Ungaran tersebut dalam kondisi sehat dan semuanya dilengkapi dengan surat keterangan kesehatan hewan (SKKH).
Sehingga saat petugas kesehatan hewan Dinas Pertanian Perikanan dan Pangan (Dispertanikap) Kabupaten Semarang datang melakukan pemeriksaan, semuanya hewan kurban tersebut tidak ada yang dipersoalkan.
Termasuk anggota kepolisan yang datang untuk mengecek dan menanyakan dokumen SKKH. “Bahkan selama hampir tiga pekan di Ungaran, juga tidak ada satu ekor pun kambing yang menunjukkan gejala kurang sehat apalagi PMK,” jelasnya.
Kepala Dispertanikap Kabupaten Semarang, Wigati Sunu membenarkan jika tim kesehatan hewan Dispertanikap Kabupaten Semarang bersama tim Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakkeswan) Provinsi Jawa Tengah telah melakukan pemeriksaan di tempat- tempat penampungn/ penjualan hewan kurban.
Tak terkecuali di tempat- tempat penjualan hewan kurban tiban, yang ada di 19 wilayah kecamatan yang ada di Kabupaten Semarang. “Sampai hari ini, pengecekan tersebut tidak menemukan hewan kurban yang terindikasi PMK,” jelasnya.
Untuk ketentuan penjualan hewan ternak, lanjut Wigati Sunu, memang harus ada dokumen SKKH. “Untuk penjual hewan kurban yang tidak dapat menunjukkan SKKH tersebut, tentunya tidak kami izinkan,” tandasnya.