Jumat 08 Jul 2022 17:37 WIB

China Tuntut AS Setop Kolusi Militer dengan Taiwan

AS mendukung Taipei dalam menghadapi ancaman China.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Dwi Murdaningsih
Kapal perusak berpeluru kendali kelas Arleigh Burke USS Sampson (DDG 102) sedang berlangsung karena diposisikan untuk melakukan tindakan penyelamatan jiwa dalam mendukung upaya bantuan bencana di Tonga pada 25 Januari 2022. China memprotes Rabu, 27 April 2022, menentang pelayaran kapal perusak berpeluru kendali Angkatan Laut AS melalui Selat Taiwan pada hari sebelumnya, menuduh pihak Amerika melakukan manuver yang berlebihan.
Foto: Naval Aircrewmen 2nd Class John Allen/U.S. Na
Kapal perusak berpeluru kendali kelas Arleigh Burke USS Sampson (DDG 102) sedang berlangsung karena diposisikan untuk melakukan tindakan penyelamatan jiwa dalam mendukung upaya bantuan bencana di Tonga pada 25 Januari 2022. China memprotes Rabu, 27 April 2022, menentang pelayaran kapal perusak berpeluru kendali Angkatan Laut AS melalui Selat Taiwan pada hari sebelumnya, menuduh pihak Amerika melakukan manuver yang berlebihan.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING – Panglima Tentara Pembebasan Rakyat China Jenderal Li Zuocheng melakukan pertemuan virtual dengan Kepala Staf Gabungan Amerika Serikat (AS) Jenderal Mark Rilley, Kamis (7/7/2022). Pada kesempatan itu, Li menuntut agar AS menghentikan kolusi militer dengan Taiwan.

Li mengatakan, China tidak memiliki ruang kompromi pada isu-isu yang mempengaruhi kepentingan intinya, termasuk terkait Taiwan. “China menuntut AS berhenti membalikkan sejarah, hentikan kolusi militer AS-Taiwan, dan hindari memengaruhi hubungan serta stabilitas Cina-AS di Selat Taiwan,” ujar Li.

Baca Juga

Dia menekankan, militer Cina akan dengan tegas menjaga kedaulatan nasional dan integritas teritorial. “Jika ada yang membuat provokasi ceroboh, mereka akan menghadapi serangan balik tegas dari rakyat Cina,” ucap Li.

Dalam keterangan pers yang dirilis Kementerian Pertahanan Cina, Li turut mengutarakan harapan agar AS-China lebih memperkuat dialog, mempromosikan kerja sama, dan menangani risiko daripada sengaja menciptakan konfrontasi serta memprovokasi insiden.

Akhir bulan lalu, China sudah mendesak AS untuk menghentikan semua interaksi resmi dengan Taiwan. “China dengan tegas menentang semua bentuk interaksi resmi antara Taiwan dan negara-negara yang memiliki hubungan diplomatik dengan China, termasuk negosiasi atau kesepakatan dengan implikasi kedaulatan dan sifat resmi,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Cina Zhao Lijian dalam pengarahan pers, 28 Juni lalu.

Zhao kemudian menegaskan bahwa hanya ada satu China di dunia. “Taiwan adalah bagian tak terpisahkan dari wilayah China. Pemerintah Republik Rakyat China adalah satu-satunya pemerintahan resmi yang mewakili seluruh China,” ujarnya.

China diketahui mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya.Namun Taiwan berulang kali menyatakan bahwa ia adalah negara merdeka dengan nama Republik China. Taiwan selalu menyebut bahwa Beijing tidak pernah memerintahnya dan tak berhak berbicara atas namanya. Situasi itu membuat hubungan kedua belah pihak dibekap ketegangan dan berpeluang terseret ke dalam konfrontasi.

AS, walaupun tak memiliki hubungan diplomatik resmi dengan Taiwan, mendukung Taipei dalam menghadapi ancaman China. Bulan lalu, Presiden AS Joe Biden bahkan menyatakan bahwa negaranya siap mengerahkan kekuatan jika China menyerang Taiwan. Isu Taiwan menjadi salah satu faktor yang meruncingkan hubungan Beijing dengan Washington.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement