REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Asep Wijaya, Jurnalis cum penulis yang bermukim di Jepang
Bermula dari aktivitas keislaman di tempat sewaan berlabel masjid satelit, muslim Indonesia di Jepang menjaga asa membangun masjid permanen di Negeri Sakura.
Masjid satelit di Tokyo
Meski sebagian besar masjid satelit terletak di pinggiran kota, ada juga beberapa di antaranya yang berlokasi di pusat kota, seperti Masjid Nusantara Akihabara. Tempat berdirinya masjid yang berafiliasi dengan organisasi NU itu berada di lantai 5 sebuah gedung perkantoran bernama Yamaume Building.
Menurut Ardito Satrya, salah satu pengurus Masjid Nusantara Akihabara, tempat berdirinya Masjid Nusantara Akihabara disewa per tahun. Masjid itu didirikan di pusat kota untuk mewadahi pelancong muslim yang mengunjungi Tokyo.
“Harapannya, para turis muslim yang sedang menikmati hiburan dapat tetap menjalankan salat Jumat atau salat wajib lima waktu di masjid yang dapat menampung sekitar 90 orang jemaah," ungkap pria yang bekerja di perusahaan remitensi di Tokyo saat ditemui di Masjid Nusantara Akihabara, Ahad (3/7/2022).
Menurut data yang dihimpun organisasi Keluarga Masyarakat Islam Indonesia (KMII), selain masjid satelit yang jumlahnya mencapai puluhan, ada juga masjid permanen yang dikelola muslim Indonesia di Jepang. Tercatat, hingga 2022, ada sekitar 12 bangunan masjid permanen yang diurus warga Indonesia dari total 150 masjid permanen yang ada di Jepang. Di antaranya ada Masjid NU At Taqwa di Koga, Ibaraki dan Masjid Istiqlal Osaka.
Berkaitan dengan keberadaan masjid satelit di Jepang, Sekretaris Jenderal KMII, Wais Alkindy, mengapresiasi langkah positif tersebut. Ibaratnya, ungkap dia, fenomena itu sama seperti cara berdakwah Nabi Muhammad SAW sewaktu berada di Makkah. Saat itu, Rasul juga kerap berkumpul dengan para sahabat terdekatnya—yang relatif masih sedikit—untuk membangun ikatan persaudaraan.
“Terbukti, dari gerakan kecil itu, makin banyak orang yang menaruh simpati dan ingin memeluk Islam. Semoga langkah itu juga terasa di sini saat makin banyak warga Jepang yang kemudian memilih Islam sebagai agama dan jalan hidup,” ungkap Wais saat diwawancarai via Zoom, Selasa (5/7/2022).