Ahad 23 Jan 2022 15:03 WIB

Laura Basuki Kesulitan Berdialog Bahasa Sunda di 'Before, Now, & Then'

Lokasi syuting yang berada di Ciwidey juga membantu Laura untuk bisa berbahasa Sunda.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Agus Yulianto
Laura Basuki
Foto: Antara
Laura Basuki

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Laura Basuki turut bergabung dalam film 'Before, Now, & Then (NANA)'. Film panjang berbahasa Sunda dari Kamila Andini ini, menjadi sebuah tantangan baru bagi aktris blasteran Jepang, China dan Vietnam tersebut. Laura mengaku, sangat asing dengan bahasa Sunda.

“Aku sangat nggak paham dan belum pernah pakai bahasa Sunda juga sebelumnya,” kata Laura dalam temu media Jumat lalu di Artotel Portfolio, Jakarta Selatan.

Laura ingat betul, beberapa hari sebelum casting dia sengaja meminta seorang teman orang Sunda untuk mengajarkan bahasa Sunda beserta logatnya. Meski tak begitu banyak yang dimengerti, tapi, menurut dia, itu bisa menjadi bekal untuk melahap dialog berbahasa Sunda saat casting.

“Seenggaknya udah bisa sedikit-sedikit, dan selebihnya aku modal nekat aja. Karena aku emang pengen banget dapet peran ini,” kata Laura.

Setelah dinyatakan terpilih, Laura pada akhirnya bisa membuktikan bahwa dia mampu berbahasa Sunda dengan logat yang sesuai. Keberhasilannya itu tak lepas dari peran para mentor yang terdiri atas para budayawan dan ahli bahasa Sunda yang dilibatkan untuk melatih dan mengawasi agar setiap dialog dilafalkan dengan benar.

“Sebelum syuting kita latihan dulu, bedah naskahnya sama mentor, ada mungkin tiga kali pertemuan zoom. Selebihnya kita ketemu dan di lokasi,” kata dia.

Lokasi syuting yang berada di Ciwidey, Jawa Barat, juga membantu Laura untuk bisa berbahasa Sunda. Karena di sana dia bisa mendengar langsung bagaimana warga Ciwidey berbicara dalam bahasa Sunda.

Film “Before, Now & Then” arahan Kamila Andini berhasil lolos dan terseleksi dalam program kompetisi utama di Berlin International Film Festival 2022. Total 18 film terpilih dari berbagai negara, baik dari sutradara yang telah mapan maupun dari sutradara muda yang sedang naik daun, yang akan berkompetisi untuk memperebutkan penghargaan Golden Bear dan Silver Bear.

Pada festival Berlinale, film panjang berbahasa Sunda itu akan bersaing dengan film-film dari pembuat film dunia ternama seperti Sutradara Carlo Simon, Claire Denis, Rithy Panh, Denis Cote, Paolo Taviani, Ulrich Seidl, Andreas Dresen, Hong Sang Soo, Isaki Lacuesta, dan Francois Ozon. Kamila Andini menjadi sutradara perempuan pertama Indonesia yang berkompetisi di Berlinale sejak terakhir kali Sofia WD lewat film “Badai Selatan” di tahun 1962.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement