REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Ratusan tahun yang lalu, pelaksanaan haji adalah pengalaman yang sangat berbeda. Catatan yang tepat sulit didapat, tetapi pengamat menyebut sekitar 20.000 hingga 60.000 orang melakukan ziarah di abad pertengahan dan sebagian besar pada periode Kekaisaran Ottoman.
Selama berabad-abad, rute ke Makkah sulit dan berbahaya. Peziarah akan bergabung dengan karavan besar yang berangkat dari Kairo dan Damaskus, untuk perjalanan yang memakan waktu berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan.
Bepergian dalam kelompok besar dilakukan untuk mengurangi kemungkinan dibunuh atau dirampok oleh bandit dan pencuri yang memangsa peziarah. Tetapi cara itu tidak melindungi mereka dari kematian karena penyakit, kehausan, atau kelaparan.
Kembali ke Damaskus pada 1757, serangan Badui menyebabkan sekitar 20.000 orang tewas di perbatasan, dengan apa yang sekarang disebut Yordania. Untuk berpartisipasi dalam ibadah haji, tidak ada jaminan bisa kembali ke rumah hidup-hidup.
Bahkan, Kota Makkah pun menyimpan bahaya. Wabah kolera pada tahun 1865 diperkirakan telah menewaskan 15.000 dari 90.000 peziarah.
Dilansir di The National News, Kamis (7/7/2022), pada akhir abad ke-19 keberadaan kapal uap dan kereta api mengubah rute tersebut. Kereta Api Hijaz dibangun oleh Ottoman untuk menghubungkan Istanbul dengan Madinah dan untuk memperkuat kendali mereka atas kota-kota suci.
Foto-foto haji pertama, diketahui diambil pada 1861 oleh Muhammad Sadiq Bey, seorang insinyur tentara Mesir. Antara tahun 1886 dan 1889 lebih dari 250 foto diambil oleh Abd Al Ghaffar, seorang penduduk Makkah, termasuk gambar para peziarah.