Jumat 08 Jul 2022 23:04 WIB

Negara-Negara G20 Turut Dorong Pembelajaran Tatap Muka

Selain learning loss, pandemi Covid-19 juga berdampak pada psikososial siswa.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Ilham Tirta
Chair of Education Working Group (EdWG) G20, Iwan Syahril.
Foto: Tangkapan layar
Chair of Education Working Group (EdWG) G20, Iwan Syahril.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Kelompok Kerja Pendidikan G20, Iwan Syahril menyoroti masalah akses dalam mendapatkan pembelajaran dan risiko learning loss di seluruh negara di dunia. Menurut dia, hal tersebut haruslah disikapi secara bersama-sama.

Salah satunya lewat pembelajaran tatap muka (PTM) di sekolah agar murid mendapatkan lingkungan belajar yang lebih baik. "Siswa di seluruh dunia menghadapi masalah akses mendapatkan pembelajaran dan resiko kehilangan pembelajaran atau learning loss. Ini yang harus kita sikapi bersama-sama," ujar Iwan dalam siaran pers, Jumat (8/7/2022).

Baca Juga

Iwan mengatakan, berbagai studi juga menunjukkan, PTM masih merupakan metode paling baik bagi para siswa, baik anak-anak maupun remaja dan muda.

Senada dengan itu, Chief of Education UNICEF, Katheryn Bennett mengungkapkan, pembelajaran digital telah menolong masyarakat global lebih mudah mengakses pembelajaran. Tapi, kata dia, pertemuan tatap muka antara guru dan murid, serta murid dengan teman-teman sekolahnya, tidak bisa tergantikan di negara manapun.

"Kita tahu bahwa anak-anak belajar paling efektif kalau mereka duduk di kelas, berinteraksi dengan guru, dan bergaul dengan teman sekelas. PTM tidak ada gantinya. Ini pentingnya menjaga sekolah tetap buka. Mari kembalikan semua siswa ke sekolah," jelas Katheryn.

Katheryn mengapresiasi upaya Indonesia yang telah memprioritaskan vaksinasi bagi guru dan tenaga pendidik sehingga tercipta ruang aman bagi siswa untuk kembali ke sekolah. Apalagi, kata dia, Indonesia akan segera memasuki tahun ajaran baru. Hal tersebut menjadi salah satu pilar penting untuk mengembalikan siswa ke sekolah.

Katheryn juga menilai, dampak buruk pandemi tidak hanya terjadi pada pembelajaran, tapi juga pada kualitas hidup anak, terutama karena isolasi dan pembatasan sosial. Untuk itu, semua pihak harus memahami sekolah bukan hanya tempat belajar, tapi juga tempat anak bersosialisasi dan mengembangkan kedewasaan emosionalnya.

"Kita tidak bisa mengabaikan itu. Dampak learning loss sangat besar, tapi dampak psikososial juga sangat tinggi. Maka itu kita harus berusaha mendukung anak-anak kembali ke sekolah," jelas Katheryn.

Menurut dia, penelitian menunjukkan semakin lama anak-anak berada di luar sekolah, semakin kecil juga kemungkinan mereka kembali ke sekolah. "Kita memang belum keluar dari pandemi, tapi kita sudah punya tindakan-tindakan pengamanan, pemahaman yang lebih baik tentang virusnya, vaksin, dan lain sebagainya," kata dia.

Counsellor of Education and Research Kedutaan Besar Australia di Jakarta, Han Xiao Zhang menerangkan, komitmen pemerintah Australia memulihkan pembelajaran sejalan dengan komitmen pemerintah Indonesia. Menurut dia, pihaknya juga menyadari betapa pentingnya PTM.

"Kami sadar pentingnya PTM. Pemerintah pusat dan negara bagian sudah sepakat, sekolah adalah yang pertama buka dan terakhir tutup, dari semua lembaga, ketika terkait pembatasan karena Covid-19. Ini komitmen kami memastikan sekolah adalah hal pertama yang kami prioritaskan," jelas Han.

Han mengakui, pemerintah Australia melihat banyak efek negatif bagi siswa dan guru saat pandemi, terutama soal memburuknya kesehatan mental dan turunnya kualitas hidup guru dan murid. Maka itu, kata dia, pemerintahannya membuat banyak kebijakan kesehatan untuk meningkatkan dukungan pada kesehatan mental guru dan siswa dan juga menyediakan program tutor bagi siswa yang ketinggalan.

"Kami fokus pada bagaimana agar guru dapat mendukung siswa kembali ke PTM. Banyak siswa menderita karena ada perasaan ketidakpastian dan putus asa. Kami mendorong para guru mengembalikan struktur dan rutinitas lingkungan pembelajaran bagi siswa," kata Han.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement