REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam momentun Idul Adha 1443 Hijriah, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Haedar Nashir berharap umat Islam menebar kasalehan kolektif. Dia mengingatkan agar seluruh umat Islam bisa memancarkan kesalehan, khususnya kepada warga Muhammadiyah yang merayakan Hari Raya Idul Adha pada Sabtu (9/7/2022) hari ini.
"Kaum muslimin yang berkemampuan untuk menjalankan ibadah kurban serta shalat sunnah Idul Adha, kita harapkan dua hal. Satu, menebar benih kesalehan kolektif," ujar Prof Haedar dikutip dari pidatonya yang berjudul Refleksi Idul Adha 1443 Hijriah, Sabtu.
Seperti diketahui, menurut dia, seluruh ibadah dalam Islam melahirkan jiwa yang selalu dekat dengan Allah. Dengan taqarrub kepada Allah, maka umat Islam akan menjalankan semua hal dalam kehidupan ini dengan baik dan jujur, serta tidak punya ruang untuk melakukan penyimpangan harta.
Prof Haedar mengatakan, orang yang dekat dengan tuhan akan selalu memancarkan kesalehan dalam hidup. Menurut dia, kesalehan itu juga harus berbagi dengan yang lain.
"Kesalehan hidup juga harus berbagi dengan orang lain, sehingga kesalehan itu menjadi milik bersama dalam membangun keadaban publik di tengah era media sosial dan kehidupan era revolusi 4.0," ucap dia.
"Kita mesti menjadi bangsa, menjadi umat yang berkeadaban mulia, baik di dalam tutur kata, menulis, mereaksi berbagai hal, tentu keadaban publik menjadi contoh teladan," lanjut Prof Haedar.
Kedua, dia juga berharap agar umat Islam menebar hidup rukun bersama. Menurut dia, masyarakat kaum muslimin maupun umat beragama di Indonesia harus bisa menjadikan agama dan nilai-nilai kehidupan kebangsaan untuk merekat kebersamaan dan persatuan.
"Sehingga kita bisa maju, kita bisa jaya, kita bisa menjadi bangsa yang unggul karena kita bersatu, hatta di saat kita berada, termasuk di dalam menghadapi perbedaan Idul Adha," kata Prof Haedar.
Dia pun berharap, ke depannya kaum muslimin, baik di Indonesia maupun di dunia memiliki satu kalender internasional atau kalender global yang memberikan kepastian. "Tetapi sembari itu kita lakukan, di tengah kita berbeda kita harus saling tasamuh, menghormati, emnghargai, dan tidak tidak ada yang ingin mendominasi.
Meskipun pemerintah yang menentukan hari dan tanggal Idul Adha, dia berharap juga bersikap toleran dan mengayomi di tengah keberagaman. "Kita harapkan juga pemerintah bersifat toleran, mengayomi, sekaligus menjadi tempat bersandar di tengah keragaman sehingga pemerintah tidak perlu bersifat monolitik,” kata Prof Haedar.