Sabtu 09 Jul 2022 20:50 WIB

Anak-Anak Kongo Bersatu dengan Keluarga yang Hilang di Tengah Konflik

Jumlah anak yang berpisah dari keluarga mereka terus meningkat.

Orang-orang yang melarikan diri dari pertempuran antara pasukan M23 dan tentara Kongo mencari perlindungan di sebuah gereja di Kibumba, utara Goma, di Kongo pada 28 Januari 2022. Pemberontak membunuh sekurangnya 14 orang termasuk anak-anak dalam serangan di kamp pengungsii di Republik Demokratik Kong (DRK), Selasa (10/5/2022) waktu setempat. Anak-Anak Kongo Bersatu dengan Keluarga yang Hilang di Tengah Konflik
Foto: AP Photo/Moses Sawasawa
Orang-orang yang melarikan diri dari pertempuran antara pasukan M23 dan tentara Kongo mencari perlindungan di sebuah gereja di Kibumba, utara Goma, di Kongo pada 28 Januari 2022. Pemberontak membunuh sekurangnya 14 orang termasuk anak-anak dalam serangan di kamp pengungsii di Republik Demokratik Kong (DRK), Selasa (10/5/2022) waktu setempat. Anak-Anak Kongo Bersatu dengan Keluarga yang Hilang di Tengah Konflik

REPUBLIKA.CO.ID, MANONO -- Jason Kandeke dan saudara perempuannya Esther keluar dari kendaraan dan bergegas memeluk paman dan nenek mereka yang menangis. Momen itu adalah pertemuan pertama mereka sejak para petempur Kongo membunuh orang tua anak-anak itu enam tahun lalu. 

Para milisi merazia desa mereka di Mingele, Republik Demokratik Kongo bagian selatan, sebuah wilayah di mana kelompok-kelompok militan berperang selama bertahun-tahun untuk memperebutkan lahan dan sumber daya. Jason, kini 12 tahun, dan Esther, 14 tahun, melarikan diri ke desa lain di mana mereka diselamatkan. 

Baca Juga

Awal tahun ini orang-orang yang melindungi mereka juga terbunuh dalam sebuah serangan. Seorang teman mengabarkan kondisi mereka ke Palang Merah, yang kemudian berusaha mencari sang paman, Jean Ilunga Kandeke, di kota Manono yang jaraknya ratusan kilometer dari Mingele.

Pekan ini kedua anak itu terbang dengan pesawat bersama anak-anak lain ke rumah mereka yang baru. Para tetangga berkerumun ketika mereka tiba di depan pintu.

"Saya senang sekali berada di rumah bersama keluarga saya yang sebenarnya. Berat rasanya kehilangan kedua orang tua dan sekarang saya sangat senang bersama paman sendiri. Saya ingin bersekolah, belajar, menjadi anak yang normal," kata Jason.

Komite Internasional Palang Merah (ICRC) mengatakan pihaknya memesan 11 penerbangan pada 6-8 Juli di provinsi Tanganyika, Katanga Atas, Kivu Utara, Kasai Timur dan Kinshasa. Sebanyak 83 anak berusia 5-19 tahun dipertemukan dengan kerabat mereka pekan ini, setelah bertahun-tahun terpisah.

"Tugas ini memerlukan waktu cukup lama, tetapi ini sangat penting dan tak ternilai, memungkinkan kami memberi jawaban kepada orang-orang yang hidup dalam penderitaan," kata Kepala Badan Penelusuran Pusat ICRC Florence Anselmo.

Jumlah anak yang berpisah dari keluarga mereka terus meningkat, khususnya di provinsi Kivu Utara di mana kelompok pemberontak M23 beberapa kali melancarkan serangan dalam beberapa bulan terakhir.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement