Ahad 10 Jul 2022 06:14 WIB

Sejarah Elena Rybakina, Petenis Pertama Asal Kazakhstan yang Juara Wimbledon

Rybakina mengalahkan petenis Tunisia Ons Jabeur di final tunggal putri Wimbledon.

Petenis Kazakhstan Elena Rybakina merayakan keberhasilan menjadi petenis pertama asal Kazakhstan yang menjuarai Grand Slam Wimbledon.
Foto: EPA-EFE/KIERAN GALVIN
Petenis Kazakhstan Elena Rybakina merayakan keberhasilan menjadi petenis pertama asal Kazakhstan yang menjuarai Grand Slam Wimbledon.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Elena Rybakina mempersembahkan penampilan dengan kekuatan yang sensasional untuk mengalahkan petenis Tunisia Ons Jabeur 3-6, 6-2, 6-2 pada pertandingan final Wimbledon 2022 di Centre Court, Sabtu (9/7/2022). Rybakina menjadi pemain pertama dari Kazakhstan yang menjuarai tunggal Grand Slam di Wimbledon.

Jabeur, yang berusaha menjadi wanita Afrika sekaligus Arab pertama yang menjuarai gelar tunggal Grand Slam itu dengan cepat merebut set pembuka. Namun Rybakina menemukan ritme permainannya lewat servis dan groundstroke-nya yang kencang guna merebut kendali permainan.

Baca Juga

Dia sempat gugup saat melancarkan servis saat kedudukan 5-2 dalam set penentuan tetapi tetap tenang untuk merebut gelar. Rybakina nyaris tak melakukan selebrasi apa-apa ketika pengembalian Jabeur melebar dalam kedudukan match point.

Rybakina yang kelahiran Rusia beruntung tidak dikeluarkan dari Wimbledon andai saja tidak beralih kewarganegaraan Rusia empat tahun lalu. Itu karena petenis-petenis Rusia dan Belarusia dilarang tampil dalam Grand Slam lapangan rumput itu akibat invasi Rusia di Ukraina.

“Ini pertandingan yang sangat sulit secara mental dan fisik, jadi pada akhirnya saya sangat senang pertandingannya selesai,” kata Rybakina, yang menjadi wanita pertama yang memenangkan final Wimbledon dalam posisi kehilangan satu set sejak Amelie Mauresmo pada 2006.

Rybakina merayakan kemenangan dengan nyaris tanpa ekspresi. Ia hanya tersenyum sekilas dalam sikapnya yang khas, tanpa tinju ke udara.

"Saya perlu mengajarinya cara merayakan kemenangan dengan sangat baik," kata Jabeur yang tersenyum kepada wartawan.

Pada konferensi persnya Rybakina berjanji untuk menunjukkan lebih banyak emosi di masa depan. Tetapi beberapa menit kemudian dia menangis ketika ditanya bagaimana reaksi orang tuanya ketika mereka bertemu dengannya.

"Mungkin mereka akan sangat bangga. Anda ingin melihat emosi," tambahnya, menghapus air mata saat awak media yang hadir di ruangan tertawa sebelum bertepuk tangan. "Saya menyimpannya (di dalam) terlalu lama."

 

sumber : Antara/REUTERS
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement