Ahad 10 Jul 2022 21:21 WIB

Pelajaran dari Kisah Nabi Ibrahim.

Nabi Ibrahim mengajak kaumnya agar beriman dan mentauhidkan Allah.

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Agung Sasongko
Panitia kurban membawa daging kurban yang dibungkus plastik untuk dibagikan kepada warga di Lio Genteng, Astana Anyar, Kota Bandung, Ahad (10/7/2022). Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bandung menganjurkan untuk mengemas daging kurban yang akan dibagikan kepada masyarakat menggunakan plastik organik. Hal tersebut untuk mengantisipasi penyebaran penyakit mulut dan kuku (PMK) melalui cairan atau darah pada daging kurban. Foto: Republika/Abdan Syakura
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Panitia kurban membawa daging kurban yang dibungkus plastik untuk dibagikan kepada warga di Lio Genteng, Astana Anyar, Kota Bandung, Ahad (10/7/2022). Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bandung menganjurkan untuk mengemas daging kurban yang akan dibagikan kepada masyarakat menggunakan plastik organik. Hal tersebut untuk mengantisipasi penyebaran penyakit mulut dan kuku (PMK) melalui cairan atau darah pada daging kurban. Foto: Republika/Abdan Syakura

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal (Sekjen) Majelis Ulama Indonesia (MUI), Buya Amirsyah Tambunan, menyampaikan, di hari yang bersejarah ini yakni Idul Adha, umat Islam diingatkan kembali kepada perjuangan dan pengorbanan Nabi Ibrahim Alaihissalam. Sekaligus mengingat perjuangan para Nabi dan Rasul.

Buya Amirsyah mengatakan, dulu Nabi Ibrahim menghadapi setiap tantangan dan cobaan, baik yang datang dari dalam diri maupun masyarakat sekitarnya. Pelajaran yang dapat dipetik adalah semakin kuat iman seseorang, maka semakin besar pula cobaan dan ujian yang dihadapinya.

Baca Juga

"Ibarat sebuah pohon, semakin tinggi batangnya, maka semakin besar pula angin yang menerpanya," kata Buya Amirsyah kepada Republika, Ahad (10/7/2022).

Ia menjelaskan, di momen Idul Adha juga diingatkan lagi perjuangan dan pengorbanan Nabi Ibrahim terhadap kaumnya. Nabi Ibrahim mengajak kaumnya agar beriman dan mentauhidkan Allah. Bertahun-tahun beliau berjuang membasmi paham syirik dan berbagai macam kebatilan yang merata di kalangan kaumnya.

Tetapi tantangan dan ancaman yang dihadapi Nabi Ibrahim semakin hebat, dan perlawanan dari penguasa ketika itu raja Namrud juga semakin keras dan kejam. Atas petunjuk Allah, Nabi Ibrahim beserta istri dan anaknya yakni Ismail, meninggalkan negeri dan kaumnya untuk hijrah ke suatu lembah yang terpencil, kering dan gersang.

Tapi Nabi Ibrahim dan keluarganya sangat dan optimisme untuk meneruskan perjuangan di negeri Makah. Selang beberapa waktu di tempat yang baru itu, Nabi Ibrahim diuji Allah SWT lagi.

"Dalam mimpi Nabi Ibrahim, Allah memerintahkannya untuk menyembelih Ismail, putra semata wayang yang sangat dicintainya. Sehari sesudah mendapat mimpi itu, Nabi ibrahim merenungkan mimpinya itu, apakah benar datang dari Allah atau bukan. Itulah yang disebut Yaumut Tarwiyah, hari perenungan dan pemikiran," ujar Buya Amirsyah.

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement