Mahasiswa seyogianya merupakan orang-orang yang terdidik dalam suatu lembaga pendidikan. Namun, apa jadinya jika fakta berbicara lain. Sebagaimana yang terjadi baru-baru ini, ratusan mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Teungku Dirundeng Meulaboh, Aceh Barat, mengeluarkan para dosen dan pegawai di penguruan tinggi tersebut.
Para dosen terpaksa keluar karena para mahasiswa terus mendesak agar seluruh pegawai dan dosen tidak berada di dalam gedung perkantoran dan perkuliahan, karena mereka akan menyegel pintu kampus. Mahasiswa juga bertepuk tangan gembira setelah semua dosen berhasil keluar dari kampus.
Seperti diketahui, aksi unjukrasa mahasiswa berlangsung karena mereka tidak berhasil bertemu dengan Ketua STAIN Meulaboh, Dr Inayatillah terkait isu dugaan jual beli jabatan dalam suksesi kepemimpinan di lembaga perguruan tinggi agama setempat. Mahasiswa mendesak agar kasus tersebut diungkap agar menjadi titik terang.
Padahal mahasiswa dikenal sebagai agent of change. Tentu yang dimaksud adalah perubahan ke arah yang lebih baik lagi dari sebelumnya. Sayangnya fakta diatas menggambarkan bagaimana buruknya budi pekerti para mahasiswa tersebut terhadap para pendidiknya. Hal tersebut jelas mencoreng dunia pendidikan.
Selain itu, kejadian tersebut pula mencerminkan bagaimana pendidikan karakter yang diperoleh anak didik saat ini. Tentu tak terlepas pula dari peranan para pendidik. Karena pendidik sejatinya tak hanya sekedar transfer ilmu, tetapi lebih dari itu yakni mampu mengubah anak didik yang berbudi luhur. Karena cerdas secara sains dan teknologi saja tak cukup, jika tak diiringi dengan akhlak yang terpuji.
Di samping itu, tentu tak sepatutnya pula jika menyalahkan para pendidik, karena
dianggap belum mampu menjadikan anak didiknya berakhlak mulia. Tetapi tak dapat dipungkiri sistem yang ada saat ini memiliki andil menjadikan anak didik jauh dari nilai-nilai moral yang ada. Seperti adanya pengaruh paham hak asasi manusia (HAM), begitu juga sekularisme yang telah tertancap dihampir benak semua orang, tak terkecuali para mahasiswa.
Apabila kita membaca bagaimana gambaran para Sahabat Nabi shallahu ‘alaihi wa
sallam, muridnya Rasulullah, tidak pernah didapati mereka beradab buruk kepada gurunya. Mereka tidak pernah memotog ucapannya atau mengeraskan suara di hadapannya, bahkan Umar bin Khattab yang terkenal keras wataknya tak pernah menarik suaranya di depan Rasulullah, bahkan di beberapa riwayat, Rasulullah sampai kesulitan mendengar suara Umar jika berbicara.
Sesungguhnya, ketika seorang anak didik menghormati gurunya dengan menjaga
akhlaknya, insya Allah, seorang murid akan mendapat keberkahan ilmu yang diberikan oleh gurunya tersebut.
Sebagaimana Imam Darul Hijrah, Imam Malik rahimahullah pernah berkata pada seorang pemuda Quraisy, “Pelajarilah adab sebelum mempelajari suatu ilmu.”
Pengirim: Fitri Suryani S.Pd, Guru SMAN di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara