Ahad 31 Mar 2019 07:25 WIB

Anak Didik tak Beretik

Kejadian pengusiran dosen di Aceh memperlihatkan kualitas pendidikan saat ini

Demo mahasiswa (ilustrasi).
Foto: Republika/Prayogi
Demo mahasiswa (ilustrasi).

Mahasiswa seyogianya merupakan orang-orang yang terdidik dalam suatu lembaga pendidikan. Namun, apa jadinya jika fakta berbicara lain. Sebagaimana yang terjadi baru-baru ini, ratusan mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Teungku Dirundeng Meulaboh, Aceh Barat, mengeluarkan para dosen dan pegawai di penguruan tinggi tersebut.

Para dosen terpaksa keluar karena para mahasiswa terus mendesak agar seluruh pegawai dan dosen tidak berada di dalam gedung perkantoran dan perkuliahan, karena mereka akan menyegel pintu kampus. Mahasiswa juga bertepuk tangan gembira setelah semua dosen berhasil keluar dari kampus.

Baca Juga

Seperti diketahui, aksi unjukrasa mahasiswa berlangsung karena mereka tidak berhasil bertemu dengan Ketua STAIN Meulaboh, Dr Inayatillah terkait isu dugaan jual beli jabatan dalam suksesi kepemimpinan di lembaga perguruan tinggi agama setempat. Mahasiswa mendesak agar kasus tersebut diungkap agar menjadi titik terang.

Padahal mahasiswa dikenal sebagai agent of change. Tentu yang dimaksud adalah perubahan ke arah yang lebih baik lagi dari sebelumnya. Sayangnya fakta diatas menggambarkan bagaimana buruknya budi pekerti para mahasiswa tersebut terhadap para pendidiknya. Hal tersebut jelas mencoreng dunia pendidikan.

Selain itu, kejadian tersebut pula mencerminkan bagaimana pendidikan karakter yang diperoleh anak didik saat ini. Tentu tak terlepas pula dari peranan para pendidik. Karena pendidik sejatinya tak hanya sekedar transfer ilmu, tetapi lebih dari itu yakni mampu mengubah anak didik yang berbudi luhur. Karena cerdas secara sains dan teknologi saja tak cukup, jika tak diiringi dengan akhlak yang terpuji.

Di samping itu, tentu tak sepatutnya pula jika menyalahkan para pendidik, karena

dianggap belum mampu menjadikan anak didiknya berakhlak mulia. Tetapi tak dapat dipungkiri sistem yang ada saat ini memiliki andil menjadikan anak didik jauh dari nilai-nilai moral yang ada. Seperti adanya pengaruh paham hak asasi manusia (HAM), begitu juga sekularisme yang telah tertancap dihampir benak semua orang, tak terkecuali para mahasiswa.

Apabila kita membaca bagaimana gambaran para Sahabat Nabi shallahu ‘alaihi wa

sallam, muridnya Rasulullah, tidak pernah didapati mereka beradab buruk kepada gurunya. Mereka tidak pernah memotog ucapannya atau mengeraskan suara di hadapannya, bahkan Umar bin Khattab yang terkenal keras wataknya tak pernah menarik suaranya di depan Rasulullah, bahkan di beberapa riwayat, Rasulullah sampai kesulitan mendengar suara Umar jika berbicara.

Sesungguhnya, ketika seorang anak didik menghormati gurunya dengan menjaga

akhlaknya, insya Allah, seorang murid akan mendapat keberkahan ilmu yang diberikan oleh gurunya tersebut. 

Sebagaimana Imam Darul Hijrah, Imam Malik rahimahullah pernah berkata pada seorang pemuda Quraisy, “Pelajarilah adab sebelum mempelajari suatu ilmu.”

Pengirim: Fitri Suryani S.Pd, Guru SMAN di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement