Tidak terasa tinggal berbilang jam kita akan memasuki bulan yang Ramadhan. Bulan mulia yang di dalamnya orang berlomba mencari pahala sebanyak-banyaknya. Di dalam bulan ini seluruh pintu kebaikan dibuka, memberi kesempatan bagi siapapun untuk memasukinya.
Rasulullah SAW bersabda, telah datang kepada kalian ramadhan, bulan yang penuh berkah. Allah wajibkan kepada kalian puasa di bulan ini. Di bulan ini, akan dibukakan pintu-pintu langit, dan pintu-pintu neraka tertutup, serta setan-setan nakal akan dibelenggu. Demi Allah, di bulan ini lebih dari satu malam yang lebih baik dari pada 1000 bulan. Siapa yang terhalangi untuk mendulang banyak pahala di malam itu, berarti dia terhalangi mendapatkan kebaikan. (HR. Ahmad dan Nasa'i).
Dengan kenikmatan yang akan diperoleh di bulan Ramadhan maka tidak ada alasan untuk tidak bergembira menyambutnya. Apalagi bagi seorang Muslim dianjurkan untuk berlomba-lomba dalam kebaikan.
Hanya saja saat ini kegembiraan terlihat pudar. Akibat kompleksnya persoalan yang sedang melanda umat Islam dan negeri-negeri Muslim. D luar negeri Palestina, Suriah, Rohingnya, Kashmir, Uighur, masih terus bergejolak. Nyawa Muslim di sana seakan tiada harganya. Ramadhan mereka sambut dengan linangan air mata penderitaan dan penyiksaan.
Tidak ada dalam pikiran mereka menu sahur dan buka puasa. Tidak ada kesempatan mereka mengenakan pakaian baru untuk shalat tarawih. Karena untuk mereka cukuplah kehidupan dan keimanan hari esok sebagai pelepas dahaga. Cukuplah bumi yang dipijak sebagai tempat sujud terbaik. Mereka bahkan akan menikmati hari-hari Ramadan di tengah reruntuhan rumah mereka, serta bersimbah darah dan air mata.
Meskipun sebenarnya mereka pun tetap bergembira dengan kedatangan Ramadan. Karena perjuangan mereka mempertahankan kehidupan dan keimanan di tengah ibadah puasa pasti akan dilipatgandakan pahala oleh Allah SWT.
Jika duka mereka tidak juga membuat kita peka, maka layakkah kita untuk mendapat gelar sebagai Muslim sejati. Seperti yang telah Rasulullah SAW sabdakan, “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam berkasih sayang bagaikan satu tubuh, apabila satu anggota badan merintih kesakitan maka sekujur badan akan merasakan panas dan demam”. (HR. Muslim).
Setidaknya di tengah kegembiraan menyambut bulan suci selipkan do'a terbaik untuk mereka. Berikan bantuan semaksimal kemampuan yang ada. Berdakwah di tengah masyarakat dengan menyampaikan kedzaliman dan pederitaaan yang mereka rasakan juga bagian dari kepedulian terhadap mereka.
Sementara itu di dalam negeri, bencana alam tidak berkesudahan. Berbagai wilayah terkena longsor, banjir bahkan ada wilayah yang terkena banjir lumpur. Di sisi lain ada pula bencana baru yang menimpa. Pemilu yang menelan korban. Lebih dari 400 orang meninggal dunia. Mereka terdiri dari anggota KPPS, saksi dan pihak keamanan. Menurut Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Din Syamsuddin, mengutip dari SindoNews, peristiwa tersebut sebagai kejadian luar biasa yang belum pernah terjadi di Indonesia dan negara-negara lain.
Peristiwa-peristiwa ini hendaklah menjadi renungan bagi kita. Jangan sampai cobaan yang Allah SWT timpakan karena lalainya kita berhukum pada aturanNya. Maka Ramadan haruslah menjadi momentum kepedulian, dan perjuangan untuk semakin mendekatkan diri kepadaNya. Karena sesungguhnya segala yang bersumber dariNya akan membawa kemaslahatan.
Wallahu a'lam
Pengirim: Aridha Nur Salim, SEI, Revowriter dan Anggota Spirit Nabawiah Community, Makassar