Semarak Ramadhan terasa hampir ke seluruh penjuru dunia. Tak terkecuali berkahnya sampai ke pedalaman Long Melaham, Mahakam Ulu, Kalimantan Timur. Daerah yang dihuni ratusan warga ini dikelilingi hutan. Jalannya berupa tanah biasa. Tak ada listrik. Masyarakat hanya menggunakan penerang berupa genset. Akses ke kota sangat jauh. Butuh berjam-jam.
Di daerah terpencil dan serba terbatas itu, Muhammad Taufik, Dai Tangguh Baitul Mal Hidayatullah (BMH) Kalimantan Timur memancarkan cahaya Ramadan di tengah kegelapan Long Melaham. Dengan istrinya, Surianti, Taufik menyemarakkan bulan suci agar indahnya puasa dapat dirasakan oleh umat Islam yang jumlahnya tak begitu banyak .
Hanya saja, kata Taufik, tak mudah melakukan itu. Selain karena jumlah umat Islam minoritas, ekonomi masyarakat tergolong sulit, dan juga tak ada listrik. Genset penerang desa hanya bertahan hingga jam 12 malam. Setelah itu, gelap sampai shubuh. Taufik tak habis akal. Dia mengajak orangtua, dan anak-anak tadarusan usai tarawih.
“Mereka saya usahakan bisa tadarus Al-Qur’an setiap hari satu juz. Jadi sebulan setidaknya bisa khatam sekali,” ujar Taufik yang juga alumni Pesantren Hidayatullah Gunung Tembak, Balikpapan.
Meski penuh keterbatasan, puasa perdana tahun ini cukup meriah. Warga shalat tarawih berjemaah dengan 23 rakaat. Jemaahnya berkisar 30 orang. Dua puluh orang lelaki, dan anak-anak tampak memenuhi shaf depan. Sedangkan sisanya perempuan. Sebelum tarawih, Taufik lalu memberikan ceramah. Dai Tangguh BMH yang telah berdakwah di tempat ini sejak 2016 silam meminta agar jemaah bersemangat memanfaatkan bulan puasa dengan baik.
Di Long Melaham tak ada buka puasa bersama atau bukber di masjid seperti di kota atau daerah lain. Masjid Al-Ikhlas yang kecil, dan sangat sederhana itu selalu sepi. Warga lebih memilih berbuka puasa di rumah. Menunya juga seadanya. Tidak mewah. Kata Taufik, biasanya diadakan buka puasa bersama jika diadakan oleh BMH. Warga baru berbuka puasa ramai di masjid.
“Kita berharap ada buka puasa bersama lagi dengan warga. Biar suasana puasa Ramadan bisa lebih terasa di pedalaman Long Melaham. Sekaligus jadi syiar dakwah bagi masyarakat,” harapnya.
Selain mengisi ceramah, dan mengajak tadarus warga usai tarawih, Taufik juga mengajar ngaji anak-anak. Hanya saja, belajar ngaji di rumahnya itu dilakukan pada siang hari atau saat anak-anak pulang sekolah. Belajar ngaji tidak bisa diadakan di malam hari. Rumah anak-anak jauh. Selain itu juga kondisi jalan gelap gulita. Mereka tidak berani ke masjid.
“Saya berharap semoga cahaya ramadan tetap terpancar di kegelapan pedalaman Long Melaham,” harap Taufik mantap.
Pengirim: Syaiful Anshor, penulis buku, dan guru madrasah