"wah bagus banget filmnya." Demikianlah salah satu ungkapan kekaguman penonton pada film Dua Garis Biru. Sebuah film yang menggambarkan konsekuensi pernikahan akibat sex sebelum menikah yang harus dijalani pasangan muda usia sekolah. Selain mengupas kualitas para aktor dan aktrisnya, review penonton pun mengatakan bahwa film ini sarat akan makna dan cukup mengedukasi bagi kalangan muda-mudi tentang bahaya sex sebelum pernikahan.
Pendidikan seks, bagi sebagian orang mungkin masih menjadi hal yang tabu untuk dibicarakan. Sejauh mana orang tua berbicara tentang hal ini pada anak-anaknya di rumah ? Jika tak pernah, maka tak heran jika anak-anak yang beranjak dewasa ini begitu antusias dengan tontonan seperti ini.
Menyisipkan pesan moral tentang bahaya sex pra nikah dalam sebuah film bagi sebagian orang mungkin tidaklah menjadi masalah. Namun jika dilihat dari kacamata islam, hal ini dirasa kontradiktif dan tidaklah efektif. Jika film ini ditujukan pada pasangan muda-mudi, apakah mereka akan langsung menerima pesan ini dan menjauh dari aktivitas pacaran yang menjadi sumber sex pra nikah?
Setiap manusia dibekali fitrah, salah satunya adalah fitrah seksualitas. Bagaimana fitrah ini tumbuh sesuai kehendak Allah dan dipenuhi sesuai dengan aturan, inilah yang penting. Allah menciptakan manusia memiliki kecenderungan pada lawan jenis, bukan berarti bebas mengikuti apa yang diinginkannya.
Allah telah tetapkan aturan pergaulan antara laki-laki dan perempuan, agar masing-masing terjaga dari apa yang Allah haramkan. Jika taat pada aturan pergaulan yang Allah telah tetapkan maka tidak akan pernah ada sex sebelum pernikahan.
Penguasa juga berperan penting mengatur pergaulan masyarakatnya. Bagaimana agar masyarakatnya terjaga dari apa-apa yang Allah haramkan. Bukan hanya untuk menjaga tatanan masyarakat. Tapi untuk menjaga ketaqwaan ummat. Allah telah katakan "Jangan dekati zina". Maka penerapan sanksi dari penguasa pada pelaku zina sesuai dengan yang Allah tetapkan, adalah bagian dari mengedukasi masyarakat.
Tontonan hanyalah sebatas tontonan. Ia tak dapat dijadikan tuntunan. Tuntunan ada dalam syariat. Bagaimana kita taat pada aturan Allah, itulah yang akan menyelamatkan kita di dunia dan akhirat.
Pengirim : Tita Rahayu Sulaeman, Ibu Rumah Tangga