Cerita klasik Siti Nurbaya bukanlah hal yang asing bagi siapapun. Perjodohan diera itu sangatlah marak. Seiring dengan perubahan era yang begitu pesat tradisi jodoh menjodohkan diganti dengan aplikasi.
Bukan lagi peran serta kehendak hati orang tua, tapi karena penampakan virtual dari social media yang lebih molek. Filter yang bisa memproyeksikan cahaya yang tepat ditambah dengan pilihan edit foto dengan berbagai varian sempurnalah hasilnya.
Apa lagi jika di-upload dan mengundang like dan share, akan semakin tergoda bagi yang memandanginya dari jauh, lalu menjapri alias jaringan pribadi kepada sang pujaan tersebut. Tinggal klik, ketemu dan jadian. Tidak ada copy right gambar itu, siapa pun bisa menjadi siapa saja. Jodoh hanyalah sentuhan jari, seketika bisa deal tanpa basa basi. Obrolan dimulai itu ini, sampai tentang sehidup semati.
Padahal belum menjamin apa bisa bertemu dalam kenyataan dengan problem yang lebih pelik dalam mengarungi behtera kehidupan yang kompleks.
Sayangnya, kebanyakan kita tidak memaknai hakiki pergaulan yang telah disyariatkan. Seperti Kejadian Mas Yusuf yang kecewa dengan wanita yang selama ini menjadi pacarnya selama dua tahun. Tertipu wajah cantiknya karena mengirimkan foto palsu selama itu.
TKW Taiwan yang menjadi incaran tak ia dapati. Hikmah ini bisa menjadi pelajaran bagi yang masih dalam kesendirian, bahwa penampkan visual di alam maya juga tak ada bedanya pada kenyataan. Senantiasa menundukkan pandangan dan menjaga diri serta kehormatan.
Pengirim: Istiqomah, Pegiat Literasi Kepulauan Riau