Kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Riau masih mengisahkan pilu. Asap tebal menyelimuti para warganya baik laki-laki dan wanita, anak-anak dan orang dewasa.
Laksana kota yg mati, mayoritas warga memilih di dalam rumah. Lelah dengan udara yang menyesakkan paru-paru mereka. Namun ada pula yang masih menjadi relawan untuk memadamkan ratusan titik api yang masih bergejolak.
Ratusan ribu warga mendapat vonis ISPA, bahkan bayi empat bulan harus meregang nyawa. Sementara pemimpin negeri ini berkomentar bahwa peristiwa ini adalah kebakaran biasa. Benarkah? Bila Anda yang menggantikan posisi mereka, maukah Anda? Mata perih karena asap, dada sesak menghirup udara asap, batuk-batuk, dan seabrek rasa tak nyaman menerpa tubuh yang lemah hingga harus berhadapan dengan kematian.
Seharusnya, pemimpin negara melindungi rakyatnya, mengayomi, dan mengurusi mereka. Jika kasus kebakaran hutan memang disebabkan oleh para kapital yang menguasai lahan tersebut demi keuntungan pribadi, maka pemimpin negeri ini haruslah bersikap tegas pada mereka.
Seharusnya pemerintah tak melanjutkan kerjasama yang merugikan bahkan mengancam nyawa rakyatnya sendiri. Janganlah hanya demi mengumpulkan pundi-pundi rupiah, maka rela rakyat hidup sengsara. Kalaulah di dunia bisa sesuka hati menjadi penguasa, di akhirat kelak belum tentu terbebas dari siksa-Nya.
Pengirim: Illiyyun Novifana, Kota Malang