Senin 30 Sep 2019 17:14 WIB

Sejumput Asa Bagi Negeri

Umat Islam turun bukan untuk makar namun bagian dari cinta bagi negeri.

Massa yang tergabung dalam Aksi Mujahid 212 Selamatkan NKRI bergerak dari Bundaran HI ke Istana Negara, Sabtu (28/9).
Foto: Republika/Zainur Mahsir Ramadhan
Massa yang tergabung dalam Aksi Mujahid 212 Selamatkan NKRI bergerak dari Bundaran HI ke Istana Negara, Sabtu (28/9).

Di kawasan Patung Kuda, kembali ribuan massa turun ke jalan. Berbagai organisasi massa (ormas), ulama, dan Barisan Emak Militan (BEM) tergabung dalam Aksi Mujahid 212. Massa kemudian bergerak menuju Istana  menyuarakan penolakan terhadap Rancangan Kitab Undang-undang Hukum Pidana (RKUHP) serta menuntut Presiden Jokowi mundur.

Respons atas kondisi ketidakadilan yang diindera umat akhir-akhir ini menunjukkan bahwa negeri ini tidak baik-baik saja. Ibu pertiwi sedang bermasalah, dirundung duka yang berkepanjangan. 

Baca Juga

Sebagai wujud kecintaan terhadap tanah air, maka umat mencari cara agar aspirasinya didengar. Bukan untuk makar. Tapi sebagai bentuk muhasabah terhadap penguasa. Berharap masih ada harapan perbaikan nasib umat.

Demo besar-besaran yang berlangsung tertib ini merupakan kelanjutan dari aksi sebelumnya yang dilakukan para mahasiswa dan pelajar berseragam abu-abu dari Sekolah Menegah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Sekolah Teknik Menengah (STM). 

Bukti bahwa umat semakin kritis. Mereka merasakan kondisi negeri yang sakit dan membutuhkan penanganan segera. Berbagai peristiwa politik yang berkelindan di sekitar umat, pada akhirnya menggerakkan nurani untuk menyuarakan keadilan.

Sejumlah Undang-undang (UU) dibahas tanpa memperhatikan opini publik, pengesahan UU yang serba kilat, kasus Papua, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) telah merobek nilai-nilai kebenaran yang ingin ditegakkan umat.

Tayangan kezaliman dipertontonkan media. Semua menyaksikan adanya ketidakmampuan penguasa menjaga hak umat. Kesewenangan terjadi di mana-mana. Kondisi sejahtera semakin sulit dijangkau. Jika dibiarkan tanpa kendali, maka tak pelak negeri ini akan hancur.

Maka aksi turun ke jalan, sebagai pengingat pada penguasa, bahwa umat berhak atas pengurusan yang benar. Mereka pun ingin perubahan hakiki. Metode perubahan yang ditawarkan penguasa tidak sungguh-sungguh memenuhi hajat hidup.

Para mujahid mendeklarasikan Islam sebagai agama yang haq, yang dengannya akan runtuh seluruh kekuatan jahat. Inilah yang akan menyelamatkan bumi pertiwi, memperbaiki kerusakan akibat demokrasi. Tak perlu sembunyi-sembunyi. Islam sebagai agama rahmat seharusnya memang diterapkan di tengah umat.

Islam memerintahkan untuk menolak berbagai bentuk pelanggaran terhadap hukum Allah. Sejatinya seorang muslim tidak akan diam melihat kemungkaran. Baik itu menimpa diri, umat atau negerinya. Setiap langkah mujahid kelak akan diperhitungkan sebagai tanda kecintaan terhadap tanah air Indonesia.

Pengirim: Lulu Nugroho, Muslimah Penulis dari Cirebon

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement