Negeri ini memiliki sejumlah hari bersejarah yang diperingati setiap tahunnya. Di antaranya adalah Hari Kontrasepsi Sedunia di setiap tanggal 26 September. Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBP3A) menggelar pelayananan KB serentak.
Begitupun yang terjadi di Kabupaten Cirebon. Serangkaian acara dilakukan di antaranya adalah penyuluhan kesehatan reproduksi remaja dan Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) dilaksanakan di Kecamatan Suranenggala, Palimanan, Babakan dan Ciledug dengan peserta sejumlah 700 remaja di empat kecamatan tersebut.
Hari Kontrasepsi Sedunia dijadikan sebagai ajang edukasi bagi remaja. Materi seputar pendidikan seks dan keluarga berencana sebagai upaya meningkatkan kepedulian masyarakat. Kemudian melalui kepedulian terhadap kontrasepsi dan kesehatan reproduksi, diharapkan akan mencegah kehamilan yang tidak direncanakan, aborsi, dan penyebaran penyakit seksual.
Sekilas tampak bahwa kegiatan ini bermanfaat. Seolah ini adalah solusi jitu. Padahal sebenarnya, yang dilakukan baru menyelesaikan gejala. Akar persoalannya belum dituntaskan. Sebab selama aroma kebebasan dibiarkan menyebar di tengah umat, maka dipastikan akan terus muncul permasalahan.
Memberi edukasi pendidikan seks serta memberi pelayanan penggunaan kontrasepsi, tidak serta merta membuat angka aborsi atau penyakit seksual menjadi menurun. Sebab tidak dibarengi dengan upaya menutup seluruh konten pornografi dan porno aksi. Belum lagi dengan merebaknya kelainan seksual suka sesama jenis. Semakin menambah kompleks persoalan umat.
Oleh sebab itu, memberi penguatan akidah adalah sebaik-baik penjagaan umat. Dengannya kasus aborsi akan dikendalikan, generasi terpelihara. Penularan penyakit seksual pun akan ditekan dengan penerapan sistem pergaulan Islam. Tidak perlu kontrasepsi atau pendewasaan usia pernikahan. Dengan Islam, tertutup zina dan seluruh perilaku kemungkaran yang akan merusak generasi. Wallahu 'alam.
Pengirim: Lulu Nugroho, Muslimah Penulis dari Cirebon