Selasa 15 Oct 2019 14:05 WIB

Nikmatkah Hidup Sebagai K-Idol?

Artis Korea atau K-Idol sebagian tak bisa menikmati hidup karena fobia kecemasan

Artis Korea Sulli
Foto: EPA
Artis Korea Sulli

Sulli aka Choi Jin ri, mantan personel girl band f(x) ditemukan tewas di kediamannya pada hari Senin (14/10). Diduga ia melakukan bunuh diri untuk mengakhiri hidupnya. Sulli mengakhiri karirnya sebagai Bintang K-pop setelah mengalami pelecehan online pada tahun 2014.

Sulli terdeteksi mengidap fobia sosial dan serangan panik. Ia mengungkapkannya dalam reality show Jinro Store (cnnindonesia.com, 14/10). Fobia sosial ini berupa ketakutan karena merasa terus menerus diawasi oleh orang lain secara intens. Pengidap fobia ini akan merasa takut untuk dihakimi, dijelekkan, dihina, dan ditolak keberadaannya.

Baca Juga

Wajar jika Sulli mengidap fobia sosial. Bagaimana tidak, sebagai entertainer, kehidupannya selalu disorot oleh media. Selalu dikomentari oleh khalayak ramai. Tak jadi masalah jika sang entertainer cuek bebek terhadap komentar orang dan bisa bertahan bertahun-tahun dengan kecuekannya. Tapi, lain cerita kalau tidak demikian. Maka, sekali lagi, wajar jika para idol mengidap fobia sosial.

Sebagaimana Mina 'Twice' juga dikabarkan mengidap gangguan kecemasan. Ia kini sedang beristirahat di kediamannya di Osaka, Jepang.

Inilah potret buram dibalik gemerlap Korean wave. Banyak idol yang akhirnya mengidap gangguan mental. Tekanan dunia entertainment memaksa para entertainer untuk bertahan. Sementara para pendatang yang berkualitas pun semakin berdatangan. Stress. Keinginan bunuh diri pun semakin menjadi.

Inilah kehidupan dengan dunia sebagai orientasi. Ingin terlihat baik, rupawan, tanpa cela di hadapan khalayak ramai. Hingga pendapat orang menjadi masalah besar bagi kita.

Inilah potret kelamnya kehidupan yang jauh dari Tuhan. Jauh dari sentuhan iman apalagi takwa. Senang tak terperi kala berada di Puncak kejayaan. Sedih tak bertepi bahkan putus asa hingga memilih bunuh diri kala kesulitan menghampiri. Tak ada tempat bergantung yang hakiki. Tak ada tempat menentramkan hati yang abadi. Kosong. Kering. Bak tanah tandus di gurun pasir.

Maka, apalah yang dibanggakan dan diidolakan dari kehidupan para idol itu? Justru kita harus bersyukur karena telah berislam. Kita harus bersyukur jika iman dan takwa masih hadir dalam diri. Ada Allah sebagai tempat mengadu. Ada Allah yang jadi tempat bergantung. Ada iman yang mengokohkan jiwa dan diri.

Tahu dan paham kalau yang dijatahkan Allah untuk kita tak akan melewati kita. Pasti kita dapatkan. Begitu pula sebaliknya, yang bukan jadi jatah kita tak akan bisa kita dapatkan. Hingga tenang dan tentram diri kita atas dinamika kehidupan ini.

Hati-hatilah jika masih silau dan mengidolakan mereka. Ingat sabda Rasul, "Engkau akan bersama dengan orang yang kau cintai" (HR. Bukhari Muslim).

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement