Direktur Eksekutif WALHI Sumsel Hairul Sobri, dikutip dari Republika.co.id (16/10) meminta Presiden Joko Widodo menepati janji politiknya untuk menghentikan kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Walhi juga meminta kepala negara terpilih itu memberikan kebijakan permanen terhadap pemulihan lingkungan hidup.
Hairul meminta ketegasan pemerintah terkait peruntukan lahan gambut seluas 698.674 hektare yang seharusnya dilindungi, tetapi sebaliknya dibebani izin kepada korporasi rakus ruang. Dia mengatakan, Indonesia telah betahun-tahun terpapar asap tapi pencabutan izin tidak pernah dilakukan pemerintah.
Si jago merah masih saja beraksi. Kabut asap kembali pekat menebar polusi. Sudah berapa usaha dilakukan, namun bencana karhutla selalu saja terjadi. Pemerintah turun tangan, namun tak juga memberikan solusi. Yang ada, api dan asap selalu saja menghantui. Apakah penanganan kurang maksimal atau memang tak serius menangani? Entahlah, seolah tak ada yang mengerti.
Karhutla yang rutin terjadi, seolah tidak dapat teratasi. Kabut asap yang bertahun-tahun menemani, seolah terlupakan dan tak lagi ada yang perduli. Ini adalah bencana, bukan status di medsos yang saat ini tayang lalu nanti segera pergi. Ini bencana yang kapan berakhirnya pun tak ada yang tahu pasti. Namun telah ditinggalkan seolah bencana ini sudah diatasi dan telah usai.
Kalau tak lagi ada yang peduli, kepada siapa lagi rakyat harus berharap meminta bantuan dan belas kasih? Kami hanya ingin mengetuk pintu hati para pemimpin negeri ini. Bahwa bencana ini belum usai. Dan masih butuh untuk diatasi hingga tuntas tanpa kekhawatiran akan terulang lagi. Semoga para pemimpin negeri ini yang masih punya iman di dalam hati, tak lupa bahwa setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas setiap apa yang dipimpinnya.
Dari Abdullah, Nabi ﷺ bersabda: "Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang imam adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang laki-laki adalah pemimpin atas keluarganya dan ia akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang wanita adalah pemimpin atas rumah suaminya, dan ia pun akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang budak juga pemimpin atas harta tuannya dan ia juga akan dimintai pertanggungjawabannya. Sungguh setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya " ( HR. Bukhari 4789 ).
Pengirim: Adiew ER, Pemerhati Masalah Sosial