Jumat 01 Nov 2019 16:53 WIB

Jerat Hedonisme di Kalangan Masyarakat

Jerat hedonisme membuat masyarakat menghalalkan segala cara untuk meraihnya

Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Hiburan malam di diskotik, ilustrasi
Hiburan malam di diskotik, ilustrasi

Mencermati semakin maraknya perilaku gaya hidup hedonis yang menunjukkan kemewahan, kesenangan, menghamburkan uang, berfoya-foya serta kehidupan yang menuntut agar terlihat lebih modis, trendi dan mengikuti jaman ternyata telah menjerumuskan sebagian dari kita ke lubang bencana. Terlebih pandangan hidup hedonis ini menjadikan hidup kita semakin bermasalah, hal itu dikarenakan rendahnya pemikiran sebagian orang dalam menyikapi sebuah persoalan atau kebutuhan apa yang harus dipenuhi terlebih dahulu.

Demi gaya hidup, sebagian dari kita lebih suka menghabiskan waktu di café, mall, diskotik dan sebagainya, bahkan rela menghamburkan uang jutaan hanya demi kesenangan sesaat yang seharusnya uang tersebut bisa kita gunakan untuk kebutuhan yang lebih wajib atau bisa kita tabung untuk masa depan kita.  

Gaya hidup hedonis tentu memiliki dampak kurang baik bagi finansial, bagaimana tidak, barang-barang model terbaru selalu dipamerkan di gerai-gerai mall maupun pertokoan. Hal ini mengakibatkan pemborosan kehidupan melampaui batas, mereka yang memiliki pandangan hidup hedonis akan melakukan segala cara untuk mendapatkan barang tersebut tak peduli salah atau benar, walaupun sebenarnya mereka sedang tidak membutuhkannya. Mereka ingin agar bisa diakui, bisa bergaya hidup mewah, dianggap gaul atau modis.

Seperti satu contoh kasus yang terjadi di Blitar-Jawa Timur pada 5 Oktober 2019 lalu, dikutip dari jpnn.com, dimana seorang suami SB nekat mencuri helm demi memenuhi keinginan istrinya yang suka bergaya hidup mewah. SB lelaki berprofesi sebagai kuli ini sudah mencuri helm milik karyawan toko di Kota Blitar sebanyak tiga kali, didepan petugas, dia mengaku mencuri helm untuk memenuhi tuntutan dari sang istri yang selalu minta uang lebih.