Pertumbuhan ekonomi saat ini diberitakan sebesar 5,02 persen yoy, melambat dari periode yang sama tahun sebelumnya. Terkena imbas perlambatan resesi ekonomi dunia.
Pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu bangsa, di mana ada kapasitas barang dan jasa yang tumbuh. Menjadi cerminan pendapatan nasional dan kesejahteraan rakyat.
Namun, realitanya yang terjadi adalah orang melamar kerja makin sulit, yang ada malah pemutusan hubungan kerja makin sering terjadi di berbagai tempat di Indonesia.
Menjelang akhir tahun ini pun masyarakat diberikan kado buruk dengan banyaknya rencana kenaikan tarif. Tahun 2020, akan ada kenaikan tarif cukai hasil tembakau 23 persen, pencabutan subsidi listrik untuk pelanggan 900 VA juga penyesuaian tarif listrik, peningkatan tarif tol di belasan ruas jalan tol, dan sudah dipastikan bahwa BPJS Kesehatan akan menaikkan 100 persen iuran bulanannya di seluruh kelas untuk peserta BPJS yang berlaku bagi Peserta Bukan Penerima Upah (PBPU) dan peserta bukan pekerja.
Sehingga akhir-akhir ini ada kecenderungan, para peserta BPJS berbondong-bondong akan merubah pendaftaran kepesertaanya menjadi turun kelas karena tidak berkemampuan mengikuti kenaikan biaya iuran yang tinggi. Tidakkah fenomena turun kelas kepesertaan BPJS Kesehatan ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia sedang turun kelas kualitas hidupnya?
Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dari Allah, penguasa alam semesta ini. Sudah saatnya kita merenung, mengapa bangsa ini diliputi banyak musibah, cobaan dan penderitaan yang menyempitkan hidup? Apakah kita sudah menyerahkan sepenuhnya hidup kita pada-Nya dengan taat pada tuntunan syariat-Nya?
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى.
"Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”. (QS Thaha [20] : 124).
Pengirim: Ummu Nafidz, Bogor