Hakikat dan makna toleransi harus benar-benar dipahami, jika tidak maka gagal paham akan maknanya bisa berakibat fatal. Terutama mengenai toleransi beragama yang akhir-akhir ini banyak didengungkan dan isu intoleran sering diarahkan pada Islam.
Dalam KBBI toleran bermakna ; bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dan sebagainya) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri.
Ya, toleransi adalah seperti yang tertera pada surah Al-Kafirun yaitu lakum dienukum waliyadin. Bagimu Agamamu, Bagiku Agamaku. Sederhana, kamu dengan agamamu dan aku tidak ikut campur, dan aku dengan agamaku kamu tidak ikut campur.
Dalam Imbauan MUI Jatim mengenai pengucapan salam seharusnya tidak menjadi perdebatan lagi karena sudah jelas bahwasannya imbauan tersebut sesuai dengan Syariat.
Salam itu sendiri adalah doa. Sebagai bentuk ibadah tentu doa tidak boleh dianggap remeh.
Maka makna toleransi itu harus ada batasnya. Toleransi bukanlah mencampuradukkan antar ajaran agama yang berbeda. Jika sudah berada di masalah akidah maka tak ada toleransi dengan kata lain tidak lagi dikatakan toleransi jika akidah harus terkorbankan.
Maka disinilah perlunya mengerti sejarah. Berabad-abad lamanya Islam pernah memimpin dunia. Jejak-jejak sejarah telah mencatatnya, bagaimana Islam memperlakukan non muslim. Memperhatikan dengan benar hak-hak muslim maupun non muslim. Seperti yang dikatakan oleh sejarawan kristen bernama T.W Arnold dalam bukunya "Perlakuan terhadap warga Kristen oleh pemerintah Turki Ustmani -selama kurang lebih dua abad setelah penaklukan Yunani- telah memberikan contoh toleransi yang sebelumnya tidak dikenal di daratan Eropa.
Itu menjadi bukti bagaimana Islam menempatkan toleransi sesuai tempatnya. Allah Swt. juga berfirman dalam surah Al-Mumtanah ayat 8 yang artinya : "Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil".
Islam sudah memberikan penjelasan akan makna toleransi yang sesungguhnya. Jadi, tidak perlu mengajari Islam mengenai makna toleransi. Di negeri-negeri dimana muslim menjadi minoritas seperti rohingya, ughyur , dan lain sebagainya diperlakukan tak manusiawi oleh mayoritas. Lantas disini sudah diketahui siapa yang harus belajar toleransi.
Jangan sampai seorang muslim itu sendiri gagap akan makna toleransi sehingga bertindak menyeleweng dan justru memperdebatkan imbauan Ulama yang sudah sesuai dengam hukum Syara'.
Ulama adalah pewaris para Nabi, perantara Ilmu dan sudah seharusnya memberikan kontribusi dalam penegakan hukum-hukum dan syariat Allah Swt.
Yuli Saputri, Muslimah Penulis. Wonogiri.