Kini kita hidup memasuki era global di abad ke-21 dimana umat Islam dihadapkan dengan tantangan zaman. Selain fisik, kini berbenturan dengan pertarungan budaya dan pemikiran. Sebut saja mereka paham materialisme, hedonisme, dan konsumerisme.
Mengaku seorang muslimah tapi tidak tahu tentang aqidah Islam yang sebenarnya. Mengaku berhijab tapi lupa akan mahkotanya. Mengaku pergi ke majelis Ta’lim tapi lupa akan Syari’atnya.
Biasanya budaya Hedonisme dikemas dengan kesenangan. Banyak orang kenal dengan sebutan 3F (Fun, Food, Fashion). Contohnya saja, Hijab dipandangnya hanya sebagai mode yang sedang trendy, pergi berbelanja secara berlebihan hanya untuk memuaskan dirinya.
Nabi tidak pernah mengajarkan kepada umatnya untuk hidup secara berlebih-lebihan. Segala sesuatu perkara yang mengundang syahwat sangat tidak dibolehkan oleh Nabi. ”Syahwat yang di bolehkan syara’ sekalipun, tidaklah melebihi batasan, ketika mengambil kesempatan dari keharusan.
Walaupun kita hidup di zaman yang penuh tantangan ini dengan berbagai macam lifestyle yang disungguhkan dunia, kita tidak boleh lupa bahwa nabi mengajarkan Islam untuk hidup sederhana. Sederhana dalam pribadi Rasulullah adalah hidup yang seimbang dan tegak lurus di atas syari’at Islam.
Dalam Islam kesederhanaan disebut dengan istilah Washathiyah. Kesederhanaan merupakan salah satu kehidupan yang harus ditekankan di kehidupan seorang Muslim. Kesederhanaan itu tidak berarti hidup akan terus merasa kekurangan, tidak berarti juga pasif atau nrimo, tidak juga berarti melarat.
Akan tetapi kesederhanaan itu mengajarkan kita untuk hidup seimbang.”Khayru umurin awshatuha” sebaik-baiknya perkara itu adalah yang sederhana atau seimbang.
Manusia adalah makhluk yang sempurna karena kemampuannya berfikir yang digunakan untuk istiqomah di jalan yang lurus. Namun satu sisi lain, manusia adalah makhluk yang paling besar angan-angan dunianya. Serba mengutamakan dunia dengan memupuk kekayaan, penampilan dan gengsi-gengsi dalam kehidupan social.
Padahal dalam Islam, hidup secara sederhana banyak sekali manfaatnya diantaranya, terbebas dari perasaan khawatir akan masalah keuangan, mempunyai investasi untuk masa depan, sikap hidup sederhana menunjukkan pribadi yang lebih bertanggung jawab, lebih percaya diri untuk menghadapi masa depan, menjauhkan diri dari pebuatan mencuri.
Dari sini dapat diambil sebuah kesimpulan, bahwasannya Rasulullah dalam mendidik keluarga dan anak-anaknya saja mengajarkan kesederhaan dalam dinamika kehidupan, begitupun rasul mengajarkan kepada ummatnya. Dari sebuah kesederhaan banyak sekali pengaruhnya terhadap diri kita.
Pola hidup sedehana dapat mendorong seseorang menjadi pribadi dan toleran, menghargai nikmat-nikmat Allah sekecil apapun. Dengan seperti itu, kita bisa melihat kehidupan seseorang yang ekonominya lebih bawah dari keadaan kita saat ini yang berkecukupan. Dengan kita melihat keadaan seperti itu, keimanan dan rasa syukur kita bisa bertambah.
Pengirim: Sintya Kartika Prameswari, Alumni Gontor 2018, Mahasiswi, Universitas Darussalam Gontor