Senin 18 Nov 2019 20:22 WIB

Identitas Muslim Perisai Dekadensi Moral Generasi

Identitas muslim yang diasosiasikan dengan radikalisme sesungguhnya penjaga moral

Ilustrasi Bercadar, salah satu identitas muslimah
Foto: Foto : MgRol100
Ilustrasi Bercadar, salah satu identitas muslimah

Akhir-akhir ini publik dihebohkan dengan wacana pemerintah terkait pelarangan cadar bagi muslimah dan celana cingrang bagi pria muslim bagi Aparat Sipil Negara. Hal tersebut ditanggapi berbagai pihak dari kaum muslim, kalangan ulama,tokoh publik dan lainnya. Kebijakan yang dianggap terlalu berlebihan.

Wakil Ketua Komisi VIII DPR dari Fraksi Partai Golkar Ace Hasan Syadzily mengingatkan agar Fachrul berhati-hati merencanakan kebijakan. Menurut Ace, kajian larangan cadar dan celana cingkrang di instansi pemerintah justru menimbulkan pertanyaan serius. 

Pertanyaan lain, kata Ace, berkaitan dengan hubungan cadar dan celana cingkrang dengan radikalisme."Sebaiknya Menteri Agama lebih hati-hati dalam melontarkan rencana suatu kebijakan. Kita sama-sama harus melawan radikalisme karena itu bertentangan dengan nilai-nilai kebangsaan kita. Namun rencana kebijakan untuk menyelesaikan masalah radikalisme tidak boleh menimbulkan persepsi yang salah di mata masyarakat," kata Ace.

Alasan yang sebenarnya tidak berkorelasi dengan akar masalah. Radikalisme yang seolah-olah disematkan kepada kaum muslim. Bila kita telaah secara pemikiran adanya perilaku-perilaku seseorang baik yang positf atau negatif terlahir dari pemahamannya siapapun itu. Agama yang merupakan identitas seseorang. 

Pondasi segala pemikiran dan perbuatannya. Bila kita pelajari dan pahami secara mendalam apalagi sebagai seorang muslim ajaran agama yang sejatinya mengajarkan kebaikan, cinta dan kasih sayang. 

Ketika seseorang dalam kehidupan melakukan perbuatan yang terlarang berarti dia telah keluar dari nilai dan ajaran agama. Tidak kemudian serta merta kita kaitkan dengan ajaran agama. Sama seperti perumpaan para pelaku korupsi yang dilakukan oleh para intelektual. Namun apakah dapat disimpulkan semua para intektual itu pelaku korupsi. 

Jika dilihat dari asal katanya dalam bahasa latin istilah radikal berasal dari kata radix yang artinya akar. Sejalan dengan hal ini KBBI atau kamus besar bahasa Indonesia mengartikan istilah ini sebagai segala sesuatu yang sifatnya mendasar sampai ke akar-akarnya atau sampai pada prinsipnya. Kita seorang muslim memahami ajaran agamanya maka dia akan senantiasa memegang prinsip-prinsip sebagai seorang muslim dalam kehidupan dengan menghiasi dirinya dengan kepribadian Islam.  

Apalagi ditengah dekadensi moral (kemerosotan atau kemunduran) generasi saat ini. Arus globalisasi dengan masuknya budaya barat dengan gaya hidup bebas, gaya berpakaian yang telah mewarnai generasi negeri ini . Mengikis jati diri atau identitas sebagai seorang muslim.

Pondasi agama menjadi perisai seorang muslim agar tidak terjerumus dalam perilaku-perilaku menyimpang atau kemaksiatan. Selain juga tidak kalah pentingnya dukungan negara agar individu dapat menjalankan keyakinannya wujud keimanannya sebagai makhluk beragama. 

Hal ini mengingatkan kita akan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam,“Sesungguhnya, di antara tanda (datangnya) hari kiamat adalah dicabutnya ilmu agama, tampak (tersebarnya) kebodohan, merajalelanya perzinaan, dan diminumnya (baca: dipestakannya) minuman khamr. Kaum lelaki semakin berkurang dan kaum wanita semakin bertambah. Sampai-sampai lima puluh orang wanita dikepalai oleh satu orang lelaki.” (HR . Muslim no. 2671, dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu). 

Rasulullah utusan Allah telah mengingatkan kita akan petaka yang akan terjadi ketika tercabutnya nilai agama dari diri seorang muslim. Menjadi renungan untuk kita semua akan berbagai problematika yang menimpa negeri ini yang diakibatkan perbuatan tangan manusia yang telah jauh dan mengabaikan dari ajaran-Nya. (*HM)

Pengirim: Hastaria Marissa, SP, penulis dari Kota Palangka Raya (Kalimantan Tengah)

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement