Selasa 12 Nov 2019 15:13 WIB

Penganan Lokal Lezat dan Kaya Gizi

Setiap keluarga bisa memenuhi kebutuhan pangannya dengan membangun pertanian keluarga

Loka Anjoroi,  makanan khas dari Mandar, Sulawesi Barat
Foto: Republika/Andi Nur Aminah
Loka Anjoroi, makanan khas dari Mandar, Sulawesi Barat

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Kuntoro Boga Andri

Angin sepoi melambai-lambai dari sudut-sudut desa di Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra). Matahari mulai muncul dari permukaan ufuk barat menerangi Bumi Anoa. Pagi itu, semua orang sibuk mempersiapkan hasil tani dan dekorasinya. Mereka berduyun-duyun menuju beberapa lokasi kegiatan Hari Pangan Sedunia (HPS), salah satunya di pelataran Eks MTQ di Kota Kendari.

Di sana, kami menyaksikan bagaimana meriahnya gelaran HPS ke-39. Tahun ini, Sultra memang dipilih menjadi tuan rumah HPS. Pemilihan dilakukan atas pertimbangan potensi pangan yang besar, seperti pusat komoditas kakao, cengkeh, jambu mete, lada, sagu, dan jagung.

Bagi kami, Kota Kendari memang surganya hasil pertanian. Semua aneka pangan olahan berbasis produk pertanian lokal ada dan mudah didapatkan.

Olahan sagu dan jambu mete misalnya. Dua produk lokal ini mudah dijumpai di warung atau toko oleh-oleh sebagai panganan kebanggaan warga Kendari. Terlebih, masyarakat Sultra memang dikenal masih mengonsumsi sagu, jagung, dan ubi kayu.

Makanya, ajang nasional seperti HPS ini selalu dimanfaatkan warga Sultra untuk mempromosikan penganan lokal mereka. Salah satunya adalah kasuami.

Kusuami adalah makanan yang dibuat masyarakat lokal dengan cara memarut ubi kayu dan singkong. Kemudian parutan tersebut dikukus dan diberi parutan kelapa mentah.

Selanjutnya kita bisa menyantap Kasuami ini dengan lauk ikan asin atau ikan bakar. Namun, dalam beberapa acara lokal, kusuami biasanya dibentuk tumpeng kerucut berukuran sedang dengan berbagai hiasan dan ornamen sayuran.

Menurut kami, rasa Kusuami sangat gurih dan lezat. Terlebihk saat disantap di siang dan malam hari. Sajian lokal ini dijamin menambah hangat suasana siapa saja yang sedang berkumpul. Yang pasti, makanan ini bisa membuat perut kita kenyang sepanjang hari.

Dari literasi yang saya dapat, sejarahnya makanan ini merupakan bekal para pelaut dari Wakatobi yang hendak menangkap ikan dalam waktu yang cukup lama. Para nelayan biasanya menyiapkan kusuami dengan jumlah yang cukup banyak.

Siang menjelang sore, kami mampir di sebuah warung di pinggir pantai Kendari. Seorang pelayan warung menyiapkan makanan pokok suku Tolaki, Sinonggi. Jika dilihat dari permukaannya, Sinonggi sangat mirip dengan papeda dari Maluku. Namun, teksturnya lebih lembut dan kenyal.

Tanpa menunggu lama, kami pun lahap menyantapnya. Sama seperti papeda, sinonggi adalah makanan yang dibuat dari bahan dasar saripati sagu kental. Bahan tersebut selanjutnya disiram dengan air panas hingga menggumpal berbentuk seperti lem kertas. Setelah teraduk, makanan ini pun siap disajikan.

Saat itu, saya menyantapnya dengan tambahan ikan tenggiri asam pedas, sayur bening berisi daun katuk, terong kecil yang dibelah, kacang panjang dan jagung. Sangat nikmat. Rasa dan aromanya sungguh menggugah selera.

Setelah kenyang, kami pun iseng mencari tahu tentang makanan khas ini. Rupanya, ada kandungan gizi tinggi yang baik untuk kesehatan dan vitalitas kita. Dalam 100 gram sagu yang menjadi bahan Sinonggi menurut catatan, mengandung energi 355 kalori, 85,6 persen karbohidrat dan 5 persen serat.

Malam harinya, kami masih dihidangkan makanan khas Sultra, kambose. Ketika disajikan, makanan ini sudah dilengkap dengan ikan bakar, sayur daun kelor dan sambal. Makanan pokok warga Kabupaten Muna ini dibuat dari biji jagung yang direbus dengan air kapur. Luar biasa rasanya.

Tak terasa, kami melawati kesibukan Kota Kendari seharian ini dengan aktivitas tinggi tanpa terasa lelah. Beragam kegiatan dalam rangkaian HPS sudah dilewati. Tak terasa pula sudah sehari ini kami lupa mengonsumsi nasi.

Oh iya, semua penganan ini berbahan lokal dan sangat sesuai dikombinasikan dengan lauk pauk dan kondisi di Sulawesi Tenggara yang juga penghasil ikan laut segar. Perlu kami sampaikan, Kementerian Pertanian (Kementan) melalui berbagai programnya terus mengembangkan olahan pangan lokal sebagai penyeimbang konsumsi kita yang terlalu didominasi beras.

Seperti yang disampaikan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, panganan lokal bisa dikembangkan oleh semua komunitas dan dapat didorong melalui pengembangan family farming. Family farming dapat menghasilkan bahan pangan, sayur dan sumber protein yang murah dan mudah diproduksi sesuai potensi lokal.

Menurut Mentan, setiap keluarga bisa memenuhi kebutuhan pangannya dengan membangun pertanian keluarga seperti memanfaatkan lahan kosong dan pekarangan. Dengan begitu, ketahanan pangan keluarga bisa meningkat dan mendukung gerakan yang lebih besar lagi yaitu optimalisasi lahan pertanian.

Buat tangan olahan pangan lokal. Sebelum pulang seusai bertugas dalam rangkain kegiatan HPS, seperti biasa kami menyempatkan diri dan “berburu” oleh-oleh khas lokal. Aneka penganan olahan sagu, coklat dan jambu mete bisa dipilah dan dipilih di banyak etalasi toko-toko suvenir.

Di sana, ada kue bagea dan aneka kue lain berbahan dasar sagu. Ada juga brownies bertabur kacang mete atau brownte. Kemudian ada cokelat mete, bolu kukus mete, dan keripik mete.

Jika kita suka bumbu masak, terasi khas Bombana jadi bahan oleh-oleh yang tidak boleh dilewatkan. Terasi berbahan dasar udang ini memiliki bentuk bola dan tidak selazimnya terasi pada umumnya yang berbentuk kotak.

Aromanya khas dan membuat cita rasa masakan menjadi lebih mantap. Sehari memang tak cukup untuk berburu dan mencoba aneka olahan pangan berbahan lokal di Sultra, tapi setidaknya bisa menambah wawasan tentang kekayaan pangan lokal sebagai substitusi beras sebagai makanan pokok.

Dari sisi rasa dan gizi, jelas makanan lokal Sultra tak kalah dengan makanan daerah lainnya. Bahkan bisa kita jadikan alternatif hidangan nasional kita.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement