Sabtu 13 Aug 2022 20:28 WIB

Nasionalisme Orang Desa

Nasionalisme pantas disandingkan dengan orang desa.

Red: Agung Sasongko
Warga mengepalkan tangan ketika mengikuti upacara peringatan HUT Kemerdekaan ke-76 Republik Indonesia di Taman Refugia, Desa Penanggungan, Trawas, Kabupataen Mojokerto, Jawa Timur, Selasa (17/8/2021). Selain meningkatkan semangat rasa cinta tanah air, upacara detik-detik Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tersebut juga bertujuan memperkenalkan wisata pertanian kepada masyarakat.
Foto: ANTARA/Zabur Karuru
Warga mengepalkan tangan ketika mengikuti upacara peringatan HUT Kemerdekaan ke-76 Republik Indonesia di Taman Refugia, Desa Penanggungan, Trawas, Kabupataen Mojokerto, Jawa Timur, Selasa (17/8/2021). Selain meningkatkan semangat rasa cinta tanah air, upacara detik-detik Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tersebut juga bertujuan memperkenalkan wisata pertanian kepada masyarakat.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Teguh Imami, Magister Universitas Airlangga

Tempat kelahiran saya, di pesisir utara Lamongan, setiap datang bulan Agustus seperti sekarang ini selalu diperingati dengan meriah. Orang-orang desa yang kebanyakan bekerja sebagai nelayan, pada minggu pertama, sudah mulai memasang bendera merah putih di depan rumahnya.

Baca Juga

Ditingkat RT, mereka bergotong royong memasang pernak pernik kemerdekaan, botol bekas minuman dicat merah putih dan dipasang di atas jalanan desa. Sekolah-sekolah mengadakan lomba gerak jalan. Ibu-ibu lomba memasak. Orang-orang dewasa sibuk mengadakan hiburan panjat pinang di pinggir pantai.

Mereka merangkai bulan Agustus dengan berbagai kegiatan, tanpa ada yang menyuruh atau memaksa. Meskipun paginya anak-anak pergi sekolah, ibu-ibu jualan ikan di pasar, dan bapak-bapak pergi melaut, namun siang hingga malamnya mereka memberikan waktunya untuk memperingati kemerdekaan. Bahkan, diantara mereka ada yang rela untuk mengeluarkan uang untuk iuran demi terselenggaranya berbagai kegiatan.

Gegap gempita memperingati kemerdekaan tersebut bukan hanya terjadi di desa saya, di desa-desa lain sekitar, atau bahkan desa di kota-kota lain, juga mengadakan hal serupa seperti di desa saya. Desa-desa tersebut memperingati kemerdekannya dengan caranya sendiri. Dengan semangat kecintaannya kepada bangsa Indonesia, mereka membuat ekspresi untuk memperingati kemerdekaan Indonesia.

Dalam konteks bernegara, mungkin cara yang dilakukan orang-orang desa untuk mencintai negara nilanya sangat kecil dibanding bukti cinta orang-orang kaya di kota yang menyumbang uang dan idenya untuk keberlangsungan Indonesia di masa depan. Namun jika melihat desa di lintas zaman, sejak dulu, orang-orang desa selalu mempertahanan Indonesia dengan berbagai cara. Adanya Indonesia hari ini salah satunya berkat tiang-tiang tangguh dari desa yang menyanggah Indonesia.

 

 

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اَفَمَنْ هُوَ قَاۤىِٕمٌ عَلٰى كُلِّ نَفْسٍۢ بِمَا كَسَبَتْۚ وَجَعَلُوْا لِلّٰهِ شُرَكَاۤءَ ۗ قُلْ سَمُّوْهُمْۗ اَمْ تُنَبِّـُٔوْنَهٗ بِمَا لَا يَعْلَمُ فِى الْاَرْضِ اَمْ بِظَاهِرٍ مِّنَ الْقَوْلِ ۗبَلْ زُيِّنَ لِلَّذِيْنَ كَفَرُوْا مَكْرُهُمْ وَصُدُّوْا عَنِ السَّبِيْلِ ۗوَمَنْ يُّضْلِلِ اللّٰهُ فَمَا لَهٗ مِنْ هَادٍ
Maka apakah Tuhan yang menjaga setiap jiwa terhadap apa yang diperbuatnya (sama dengan yang lain)? Mereka menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah. Katakanlah, “Sebutkanlah sifat-sifat mereka itu.” Atau apakah kamu hendak memberitahukan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya di bumi, atau (mengatakan tentang hal itu) sekedar perkataan pada lahirnya saja. Sebenarnya bagi orang kafir, tipu daya mereka itu dijadikan terasa indah, dan mereka dihalangi dari jalan (yang benar). Dan barangsiapa disesatkan Allah, maka tidak ada seorang pun yang memberi petunjuk baginya.

(QS. Ar-Ra'd ayat 33)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement