Hari Pertama Sekolah, KBM di SD Negeri Cangkringan Diikuti Dua Siswa
Rep: c01/ Red: Fernan Rahadi
Seorang siswa mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) hari pertama di SDN Cangkringan 1, Senin (11/7/2022). | Foto: Fitria Nurochimah
REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- SD Negeri (SDN) Cangkringan 1 merupakan salah satu Sekolah Dasar (SD) di Kabupaten Sleman yang jumlah pendaftarnya di bawah 10 siswa. Tahun ini terdapat empat siswa yang mendaftar di SD tersebut.
Meskipun jumlah siswanya minim. Kepala Sekolah SDN Cangkringan 1, Yuswanto mengatakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) untuk kelas satu pada hari pertama sekolah tetap berlangsung.
"Iya tetap berjalan seperti biasa (Pelaksanaan KBM-Red). Berapa pun siswanya kita tetap belajar seperti biasa," jelas Yuswanto saat ditemui di SDN Cangkringan 1, Senin (11/7/2022).
Pada hari pertama tersebut, KBM diikuti oleh dua siswa. Sementara untuk dua yang lain belum bisa hadir. Satu di antaranya dikarenakan sakit.
Yuswanto menjelaskan untuk mencari siswa pada tahun ini, telah dilakukan dengan menggunakan sistem pintu ke pintu. Pihaknya tidak menunggu pendaftar melainkan menemui langsung para orang tua calon siswa SD.
"Usia masuk sekolah untuk tahun ini memang kecil sekali. Semua sekolah untuk tahun ini rata-rata menurun perolehan siswanya. Kalau orang tua ingin menyekolahkan anaknya ke sekolah swasta memang sebagian ada," ujar Yuswanto.
Menurut Yuswanto, dua sampai tiga tahun sebelumnya, jumlah siswa yang mendaftar tidak pernah berada di bawah 10 siswa. Saat ini jumlah seluruh siswa di SD Negeri Cangkringan 1 sebanyak 63 siswa.
Rencananya, Yuswanto beserta para guru akan mengadakan kegiatan untuk menarik minat calon siswa agar bersekolah di sekolah tersebut. Hal ini dilakukan agar tahun depan terjadi peningkatkan jumlah pendaftar. Salah satunya rencana kegiatannya yaitu, diadakannya lomba mewarnai untuk anak-anak TK dan dibukanya ekstrakulikuler marching band.
Yuswanto mengatakan meskipun jumlah siswa di wilayah Cangkringan sedikit. Ia berharap agar Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman tidak melakukan penggabungan atau regrouping.
“Kasihan masyarakat yang notabenenya keadaan ekonominya di bawah kalau harus menyekolahkan anaknya di tempat yang jauh. Untuk mereka yang ekonominya lemah, menyekolahkan anak di sekolah negeri kan masih menjadi tumpuan dan harapan untuk mereka,” jelasnya.