Senin 11 Jul 2022 15:33 WIB

India Galang Solidaritas untuk Warga Sri Lanka

Aksi protes yang terjadi Sri Lanka merupakan wujud aspirasi masyarakat.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Massa menerobos masuk ke Istana Presiden Sri Lanka pada Sabtu (9/7/202).
Foto: AP/Eranga Jayawardena
Massa menerobos masuk ke Istana Presiden Sri Lanka pada Sabtu (9/7/202).

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- India pada Ahad (10/7/2022) menyatakan solidaritas bagi rakyat Sri Lanka, yang sedang mengalami krisis politik dan ekonomi. Kementerian Luar Negeri India mengatakan, aksi protes yang terjadi Sri Lanka merupakan wujud aspirasi masyarakat untuk kemakmuran dan kemajuan melalui nilai-nilai demokrasi.

“Kami terus mengikuti perkembangan terakhir di Sri Lanka. India berdiri bersama rakyat Sri Lanka saat mereka berusaha mewujudkan aspirasi mereka untuk kemakmuran dan kemajuan melalui cara dan nilai-nilai demokrasi, institusi yang mapan dan kerangka konstitusional," kata Kementerian Luar Negeri dalam sebuah pernyataan, menurut kantor berita ANI.

Baca Juga

Kementerian Luar Negeri India menekankan bahwa, India dan Sri Lanka adalah tetangga dekat dengan ikatan yang dalam. "Kami menyadari banyak tantangan yang dihadapi Sri Lanka dan rakyatnya, dan kami telah berdiri bersama rakyat Sri Lanka, karena mereka telah mencoba untuk mengatasi masa sulit ini," ujarnya. 

Di tengah inflasi yang tinggi dan depresiasi mata uang, Sri Lanka tidak mampu membayar impor bahan bakar dan kebutuhan lainnya. Hal ini mengakibatkan protes anti-pemerintah yang meluas.  Kurangnya bahan bakar untuk pembangkit listrik juga mengakibatkan pemadaman listrik yang konstan. Pemerintah meminta pegawai negeri telah untuk bekerja dari rumah, sementara sekolah diliburkan.

Ribuan pengunjuk rasa menyerbu kediaman resmi presiden pada Sabtu (9/7/2022). Mereka menuntut agar presiden segera mengundurkan diri. Ketua Parlemen Sri Lanka, Mahinda Yapa Abeywardena, mengumumkan, Presiden Gotabaya Rajapaksa akan mengundurkan diri pada 13 Juli.

Saat massa menerobos kediaman resmi presiden, Rajapaksa telah dievakuasi ke tempat yang aman. Namun keberadaan Rajapaksa saat ini tidak diketahui. Kantor presiden mengatakan, Rajapaksa tetap memberi perintah untuk segera mendistribusikan gas elpiji kepada publik. 

Para pemimpin gerakan protes mengatakan, massa akan terus menduduki kediaman presiden dan perdana menteri di Kolombo sampai keduanya mundur dari jabatannya. Polisi tidak dapat menahan gelombang massa yang hadir dari seluruh penjuru Sri Lanka.

"Kami tidak akan pergi ke mana pun sampai presiden mundur, dan kami memiliki pemerintahan yang dapat diterima oleh rakyat," kata Jude Hansana (31 tahun), yang telah berada di lokasi protes di luar kediaman sejak awal April.

"Perjuangan rakyat adalah untuk reformasi politik yang lebih luas. Bukan hanya presiden yang pergi. Ini baru permulaan," kata Hansana menambahkan.

Pengunjuk rasa lainnya, Dushantha Gunasinghe, mengatakan, dia menempuh perjalanan dengan berjalan kaki ke Kolombo yang terletak sejauh 130 kilometer dari tempat tinggalnya. Dia sampai di Kolombo pada Senin pagi.  

 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement