Senin 11 Jul 2022 16:25 WIB

Mahindra Jajaki Investasi Produksi Sel Baterai Kendaraan Listrik

Mahindra bisa menjadi co-investor manufaktur baterai dalam beberapa bentuk.

Rep: ANTARA/ Red: Fuji Pratiwi
Motor listrik GenZe produksi Mahindra yang dipasarkan di Amerika Serikat. Perusahaan otomotif Mahindra & Mahindra India mempertimbangkan untuk berinvestasi di perusahaan sel baterai guna memenuhi kebutuhan elektrifikasi di masa depan.
Foto: Youtube
Motor listrik GenZe produksi Mahindra yang dipasarkan di Amerika Serikat. Perusahaan otomotif Mahindra & Mahindra India mempertimbangkan untuk berinvestasi di perusahaan sel baterai guna memenuhi kebutuhan elektrifikasi di masa depan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan otomotif Mahindra & Mahindra India mempertimbangkan untuk berinvestasi di perusahaan sel baterai guna memenuhi kebutuhan elektrifikasi di masa depan.

Hal tersebut disampaikan oleh CEO Mahindra Anish Shah setelah perusahaan mengumpulkan dana untuk unit kendaraan listrik (EV) barunya dengan valuasi 9,1 miliar dolar AS (sekira Rp 136 triliun), menurut laporan Reuters, Senin (11/7/2022).

Baca Juga

Mahindra sebelumnya mengumpulkan 250 juta dolar AS dari British International Investment untuk unit dan sedang menjajaki kemitraan dengan Volkswagen AG untuk sumber komponen EV seperti baterai dan motor. Sementara kesepakatan Volkswagen akan memenuhi kebutuhan baterai "jangka pendek hingga menengah" Mahindra.

Shah mengatakan perusahaan terbuka untuk melihat semacam "investasi dengan pemimpin global" terkait produksi sel baterai jika diperlukan untuk mengamankan persediaan masa depan. "Niat kami bukan untuk masuk ke (manufaktur) baterai," kata Shah dalam sebuah wawancara.

"Ada orang yang melakukannya dengan sangat baik. Kita bisa bermitra dengan mereka; kita bisa menjadi co-investor dalam beberapa bentuk. Kita tidak perlu memilikinya dan menjalankannya," imbuhnya.

Mahindra berencana meluncurkan lima kendaraan sport listrik (SUV) selama beberapa tahun ke depan. Model-model ini diharapkan berkontribusi hingga 30 persen, atau sekitar 200 ribu unit, dari total penjualan SUV tahunan pada Maret 2027.

Meningkatnya permintaan untuk EV dan gangguan rantai pasokan di seluruh dunia mendorong pembuat mobil mencari cara untuk memiliki kontrol yang lebih besar atas persediaan dan biaya. Beberapa pembuat mobil menghabiskan miliaran dolar untuk tambang dan pabrik untuk motor dan baterai.

Pembuat mobil juga mewaspadai situasi seperti kekurangan semikonduktor pandemi yang menyebabkan penghentian produksi. Banyak perusahaan masih menghadapi backlog pesanan karena masalah pasokan.

Shah mengatakan bahwa kecuali baterai dan motor, sebagian besar komponen untuk EV tidak jauh berbeda dengan mobil bermesin pembakaran internal (ICE), dan Mahindra memproduksi sebagian besar suku cadang itu sendiri. "Jika kami bisa mendapatkan kesepakatan seperti yang kami miliki dengan Volkswagen untuk mengamankan pasokan (baterai), itulah yang akan kami lakukan. Jika ada investasi yang perlu kami lakukan untuk mengamankan pasokan itu, kami akan melakukannya," kata Shah.

Rencana Mahindra datang ketika perusahaan India berusaha memanfaatkan insentif senilai miliaran dolar yang ditawarkan oleh pemerintah untuk membangun EV. Ini merupakan bagian dari kebijakan untuk memenuhi tujuan perubahan iklim nasional dan pengurangan karbon.

Pasar EV India, yang didominasi oleh produsen mobil lokal Tata Motors, hanya mewakili 1 persen dari penjualan tahunan negara itu sekitar 3 juta kendaraan. Pemerintah ingin ini tumbuh menjadi 30 persen pada tahun 2030.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement