REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Perdana Menteri Israel Yair Lapid melakukan percakapan via telepon dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi, Ahad (10/7/2022) malam waktu setempat. Kantor Yair Lapid menyebut, percakapan tersebut mencerminkan hubungan yang kian menghangat antara Tel Aviv dan kedua negara.
Saat berbincang dengan Erdogan, Lapid membahas perkembangan kerja sama bilateral Israel-Turki. Di bidang keamanan, Lapid menyinggung tentang perlunya kedua negara melanjutkan kooperasi dalam melawan dan menangkal sel-sel teror Iran yang merencanakan serangan terhadap warga Israel di Turki. Lapid dan Erdogan pun membahas tentang perjanjian penerbangan sipil yang sudah ditandatangani kedua negara.
“Kedua pemimpin (Lapid dan Erdogan) menekankan selama percakapan bahwa hubungan antara Israel dan Turki sangat penting bagi keamanan, ekonomi, serta stabilitas Timur Tengah,” kata kantor perdana menteri Israel, dilaporkan laman Times of Israel.
Saat berbincang dengan Sisi, Lapid turut membahas tentang kerja sama keamanan bilateral. Mereka pun membahas tentang agenda kunjungan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden ke Israel, Palestina, dan Arab Saudi pada 13-15 Juli mendatang. Selain itu, Lapid dan Sisi mendiskusikan juga tentang kebutuhan meredakan ketegangan di Palestina.
Sisi kemudian turut menyinggung tentang laporan yang menyebut adanya kuburan massal tentara Mesir yang gugur dalam pertempuran tahun 1967 di wilayah Kibbutz Nahshon di Israel tengah. “Perdana Menteri Lapid mencatat bahwa dia menginstruksikan sekretaris militer Brigadir Jenderal Avi Gil untuk memeriksa masalah ini secara mendalam,” kata kantor perdana menteri Israel.
Lapid berjanji akan memberi informasi lanjutan kepada Mesir jika ada perkembangan terkait pemeriksaan atau penyelidikan kuburan massal tersebut. Saat ini Israel tengah berusaha melanjutkan keberhasilannya menghangatkan hubungan dengan negara-negara Muslim dan Arab.
Saat ini Joe Biden berkunjung ke Israel pada Rabu (13/7/2022) mendatang, dia dan Lapid dikabarkan akan membahas tentang upaya normalisasi hubungan dengan Arab Saudi. “Dari Yerusalem, pesawat presiden (AS) akan terbang ke Arab Saudi, dan dia akan membawa pesan perdamaian dan harapan dari kami,” kata Lapid saat membuka rapat kabinet mingguan, Ahad lalu.
Pada September 2020, dua negara Arab, yakni Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain, menyepakati pembentukan hubungan diplomatik dengan Israel. Hal itu tercapai berkat mediasi dan dukungan AS di bawah kepemimpinan mantan presiden Donald Trump. Kesepakatan normalisasi tersebut dikenal dengan nama Abraham Accords.
Selain UEA dan Bahrain, AS pun membantu Israel melakukan normalisasi diplomatik dengan Sudan serta Maroko. Washington menghapus Sudan dari daftar negara pendukung terorisme sebagai aksi timbal balik atas kesediaannya membuka hubungan resmi dengan Tel Aviv. Kemudian terkait Maroko, sebagai balasan, AS mengakui klaim negara tersebut atas wilayah Sahara Barat yang dipersengketakan.
Palestina mengecam kesepakatan damai yang dilakukan empat negara Muslim tersebut. Menurut Palestina, apa yang dilakukan keempat negara terkait merupakan “tikaman” bagi perjuangannya memperoleh kemerdekaan.