Senin 11 Jul 2022 19:29 WIB

Mengenal Maqam Ibrahim, Tempat Nabi Ibrahim Berdiri Ketika Ka'bah Dibangun

Maqam Ibrahim adalah batu tempat Nabi berdiri ketika Ka'bah sedang dibangun.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Agung Sasongko
Jamaah haji mengelilingi Kabah di Masjidil Haram, saat yang lain menonton Maqam Ibrahim, atau Stasiun Ibrahim, di sebelah kiri, di kota suci Mekah di Arab Saudi, Selasa, 5 Juli 2022. Arab Saudi diharapkan untuk menerima satu juta Muslim untuk menghadiri haji, yang akan dimulai pada 7 Juli, setelah dua tahun membatasi jumlahnya karena pandemi coronavirus.
Foto: AP Photo/Amr Nabil
Jamaah haji mengelilingi Kabah di Masjidil Haram, saat yang lain menonton Maqam Ibrahim, atau Stasiun Ibrahim, di sebelah kiri, di kota suci Mekah di Arab Saudi, Selasa, 5 Juli 2022. Arab Saudi diharapkan untuk menerima satu juta Muslim untuk menghadiri haji, yang akan dimulai pada 7 Juli, setelah dua tahun membatasi jumlahnya karena pandemi coronavirus.

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Maqam Ibrahim adalah batu tempat Nabi berdiri ketika Ka'bah sedang dibangun. Batu itu panjangnya 50 sentimeter di setiap sisi dan memiliki dua jejak kaki di tengahnya, yang berbentuk dua lubang lonjong.

Menurut sejarawan, ketika Ka'bah sedang dibangun, posisi tembok terlalu tinggi. Nabi Ibrahim lantas berdiri di atas batu, yang secara ajaib mengangkatnya untuk membangun tembok dan menurunkannya, sehingga dia bisa mengumpulkan batu dari putranya, Nabi Ismail.

Baca Juga

"Ini adalah batu yang menahan jejak kaki Nabi Ibrahim. Jejak kakinya tetap terlihat sampai sekarang. Makam dan Hajar Aswad adalah landmark tertua dan paling suci dalam Islam, sejak 4.000 tahun yang lalu," kata seorang peneliti sejarah Makkah dan biografi Nabi, Dr. Samir Ahmed Barqah, dikutip di Arab News, Senin (11/7/2022).

Dr. Barqah menyebut letak batu ini di depan pintu Ka'bah, sekitar 10 sampai 11 meter ke arah timur. Seorang sejarawan, Mohammed Tahir Al-Kurdi, pada 1367 disebut sempat menyatakan panjang tapak kaki Nabi adalah 22 sentimeter dan lebar 14 sentimeter.

Batu itu lantas disimpan dalam bingkai emas dan perak dan diletakkan dalam kotak kaca. Selama kekhalifahan Umar bin Khattab, banjir Nahshal melanda kota dan merobohkan batu dari tempatnya. Ketika khalifah datang ke Makkah, dia memperbaiki batu itu pada posisinya saat ini.

Sebelumnya, batu itu diletakkan dalam kompartemen, untuk melindunginya dari kerusakan dan pencurian, tapi kompartemen itu kemudian dipindahkan, dengan batu diletakkan di dalam tempat kaca, sehingga setiap jamaah bisa melihatnya.

Peneliti sejarah Saad al-Sharif mengatakan sepanjang waktu, batu itu selalu berada di dekat Ka'bah. Ketika Nabi Muhammad menaklukkan Makkah, ia dan para sahabatnya memutuskan untuk memindahkan batu dari lokasi aslinya di dekat Ka'bah ke lokasi saat ini pada jarak lebih dari 10 meter untuk memudahkan tawaf. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement