REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- India akan melampaui China sebagai negara terpadat di dunia pada 2023. Kedua negara akan memiliki penduduk lebih dari 1,4 miliar jiwa tahun ini.
Laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam Hari Populasi Dunia pada Senin (11/7/2022) menyatakan, populasi dunia diperkirakan mencapai delapan miliar pada 15 November tahun ini. Jumlah tersebut dapat tumbuh menjadi 8,5 miliar pada 2030 dan 10,4 miliar pada 2100.
Penambahan jumlah penduduk ini karena laju kematian melambat. Laporan ini pun memperingatkan bahwa kesuburan yang tinggi akan menantang bagi pertumbuhan ekonomi.
Perkiraan PBB menunjukkan, populasi dunia tumbuh pada laju terlambat sejak 1950, setelah turun di bawah satu persen pada 2020. Pada 2021, rata-rata kesuburan penduduk dunia mencapai 2,3 kelahiran per perempuan seumur hidup, setelah turun dari sekitar lima kelahiran pada 1950. Kesuburan global diproyeksikan menurun lebih jauh menjadi 2,1 kelahiran per perempuan pada 2050.
"Ini adalah kesempatan untuk merayakan keragaman kita, mengakui kemanusiaan kita bersama, dan mengagumi kemajuan dalam kesehatan yang telah memperpanjang rentang hidup dan secara dramatis mengurangi angka kematian ibu dan anak," kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.
Tapi, pertumbuhan populasi adalah pengingat tanggung jawab bersama untuk merawat Bumi. "Merefleksikan di mana kita masih gagal memenuhi komitmen kita satu sama lain," kata Guterres.
Laporan baru ini mengacu pada laporan Organisasi Kesehatan Dunia sebelumnya yang memperkirakan sekitar 14,9 juta kematian terkait pandemi Covid-19 antara Januari 2020 hingga Desember 2021. Laporan PBB ini mengatakan, harapan hidup global saat lahir turun menjadi 71 tahun pada 2021 dari 72,8 tahun pada 2019, sebagian besar karena pandemi.
PBB mengatakan lebih dari setengah proyeksi peningkatan populasi global hingga 2050 akan terkonsentrasi di delapan negara. Negara-negara tersebut adalah Kongo, Mesir, Ethiopia, India, Nigeria, Pakistan, Filipina, dan United Republic of Tanzania.
Negara-negara Afrika sub-Sahara diperkirakan akan menyumbang lebih dari setengah peningkatan yang diantisipasi hingga 2050. Namun, populasi 61 negara diproyeksikan menurun sebesar satu persen atau lebih antara tahun 2022 dan 2050, didorong oleh penurunan kesuburan.