Selasa 12 Jul 2022 03:40 WIB

Jerman Hadapi Krisis Energi, Perusahaan Properti Mulai Hemat Penggunaan Gas

Rusia makin kurangi pasokan gasnya ke negara ekonomi terbesar Eropa termasuk Jerman

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Kawasan populer di Berlin, Jerman, Checkpoint Charlie tampak sepi, Rabu (25/3). Jerman meminta warga untuk menghemat energi karena Rusia semakin mengurangi pasokan gasnya. Ilustrasi.
Foto: AP
Kawasan populer di Berlin, Jerman, Checkpoint Charlie tampak sepi, Rabu (25/3). Jerman meminta warga untuk menghemat energi karena Rusia semakin mengurangi pasokan gasnya. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, DORTMUND -- Perusahaan properti terbesar di Jerman, Vonovia, akan menghemat energi untuk ratusan ribu warga dalam beberapa bulan mendatang. Keputusan ini dilakukan karena Rusia membatasi pasokan gas alam ke negara tersebut.

Penyedia perumahan dengan satu juta penyewa ini mengatakan pada Kamis (7/7/2022) pihaknya sedang berusaha menghemat gas sebanyak mungkin untuk mempersiapkan krisis energi yang semakin dalam. Pembatasan akan berlaku untuk 55 persen apartemen dan berlanjut hingga pemberitahuan lebih lanjut.

Baca Juga

Mendengarkan seruan untuk menghemat gas dari pemerintah, akhir pekan lalu Vonovia mengatakan teknisi telah mulai membatasi sistem pemanas malam dari penyewa perumahan hingga 17 derajat Celcius. Sementara penurunan suhu relatif kecil dengan perbedaan rata-rata satu hingga dua derajat Celcius.

"Kita dapat menghemat hingga delapan persen dari biaya pemanasan," kata raksasa real estat itu dilansir CNN.

Pasokan air panas tidak akan terpengaruh atas keputusan penghematan energi dan seharusnya tidak berdampak pada kemampuan warga untuk menggunakan air atau mandi di rumah. Pemanas sentral juga akan tersedia seperti biasa di siang hari atau lebih awal di malam hari.

Vonovia pun telah memberi tahu penyewanya bahwa harga energi yang tinggi kemungkinan akan menyebabkan tagihan listrik yang lebih tinggi dalam waktu dekat. Langkah penghematan ini menggambarkan pihak-pihak di ekonomi terbesar Eropa mulai merasakan efek dari krisis gas yang sebelumnya telah diumumkan secara resmi oleh pemerintah Jerman.

Krisis energi yang terjadi di Jerman pun sudah diakui dengan pengumuman oleh utilitas listrik terbesar Jerman Uniper pada Jumat (8/7/2022). Perusahaan itu telah meminta bailout atau dana bantuan dari pemerintah sebagai konsekuensi dari pembatasan pasokan gas saat ini.

Anggota parlemen Jerman memberikan dukungan pada rencana untuk mengaktifkan kembali pembangkit listrik tenaga batu bara demi menghemat gas. Sejak dua pekan lalu, Jerman meminta warga untuk menghemat energi karena Rusia semakin mengurangi pasokan gasnya ke negara ekonomi terbesar Eropa, Italia, dan anggota Uni Eropa lainnya. Atas kondisi ini, Berlin merespons dengan mengaktifkan fase kedua dari program darurat gas tiga tahapnya.

Keputusan tersebut membuat negara itu mengambil satu langkah lebih dekat ke penjatahan pasokan industri. Tindakan ini akan menjadi sebuah langkah yang akan memberikan pukulan besar ke jantung manufaktur ekonomi Jerman.

Data pemerintah menunjukkan fasilitas penyimpanan gas di Jerman saat ini sekitar 63 persen penuh, lebih rendah dari rata-rata sepanjang tahun. Menteri Ekonomi Robert Habeck mengatakan bulan lalu, dia menyatakan harapan agar penjatahan tidak diperlukan ketika musim dingin datang. "Jerman mulai sekarang kekurangan pasokan gas," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement